↻ Lama baca < 1 menit ↬

Ternyata layanan telepon esek-esek masih ada. Masih baguskah pasarnya bila dibandingkan sepuluh tahun lalu?

Salah satu ciri call center buat layanan esek-esek adalah berupa gedung perkantoran, karyawannya wanita semua, kalo pukul 6-7 pagi bubaran karena ganti shift, penampilan mereka biasa saja (tak seperti kantor tetangga), mayoritas pakai jaket karena di dalam kedinginan.

Tapi itu dulu. Entah sekarang. Di antara penjemput itu bukan hanya tukang ojek tetapi juga suami, pacar, adik, abang. Mirip bubaran toko atau pabrik. Oh, kehidupan!

Dulu pada sebuah gedung di Jalan S. Parman, Jakarta Barat, ada sebuah jasa premium call esek-esek. Pemiliknya orang Korea (Selatan, bukan Utara).

Sapaan untuk para atasan dari negeri ginseng adalah Mister. Para operator disapa dengan Miss — padahal sebagian sudah ibu-ibu.

Anehnya para operator bisa mengintip monitor di ruang server untuk memastikan komisi dari pulsa pelanggan. Paling menyebalkan jika penelepon yang barusan terlayani menggunakan siasat nomornya sehingga tak dapat ditagih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *