↻ Lama baca < 1 menit ↬

Makin jarang rumah dinamai dengan tulisan besar, lengkap dengan tahun selesainya pembangunan. Sampai awal 70-an, gaya macam ini masih dilakukan sejumlah orang. Sebagian penyukanya tidak menggunakan cat atau ter melainkan tali ijuk untuk membentuk tulisan —  cukup nyeni untuk ukuran zaman itu.

Setelah pembangunan rumah tembok menjadi lebih terjangkau, penandaan tak lagi berupa tulisan panjang tetapi cukup inisal, misalnya dua huruf, dengan memanfaatkan roster untuk lubang ventilasi. Lalu akhir 70-an sampai awal 90-an, negara campur tangan dalam wajah hunian rakyat, terutama di pedesaan. Genteng harus ditulisi pesan pembangunan, misalnya UDKP. Saya tak tahu adalah foto udara yang merekam permukiman dengan genteng-genteng bertuliskan itu. Pada masa Orde Lama, ada juga pemaksaan dengan tulisan Berdikari pada genteng.

Rumah ini saya lihat di Baciro, Yogyakarta. Mungkin penghuninya dari Gantiwarno, Klaten.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *