KERJA DEMI GAUL TAK HARUS DI KAWASAN BISNIS.
Pernah saya ceritakan, sebuah lembaga nirlaba kesulitan mencari sekretaris baru. Ada saja yang mendaftar tetapi para pelamar akhirnya mundur. Bukan karena gaji, toh gajinya tak kecil untuk sekretaris anyaran, tetapi… karena lokasi kantor!
Lokasi kantornya di perumahan, bukan lingkungan bisnis. Padahal tak jauh dari Jalan Jenderal Sudirman, cuma di Pejompongan, Jakarta Pusat. Padahal lagi di Pejompongan juga banyak kantor.
Dari peruntukan rumah berdasarkan tata ruang mungkin salah, terutama di mata pemda. Tetapi bukan itu yang menjadi ganjalan pelamar. Bekerja di kawasan nonbisnis berarti mati pergaulan. Beda kalau di kawasan bisnis. Tak hanya informasi peluang kantor tetangga bisa diserap tetapi juga… peluang mendapatkan jodoh!
“Nggak asyik aja, gaji boleh lumayan tapi ngeliatnya cuma pembantu sama sopir dan satpam tetangga. Kapan bisa nemu kandidat hubby?” kata seorang nona yang pernah melamar di sebuah kantor kecil di Pondok Indah, Jakarta Selatan, awal 2000-an.
Bahwa ongkos busana dan makan di lingkungan bisnis itu merepotkan, baginya bukan masalah. “Konsekuensi aja, kalau mau gaul ya ada cost,” kata si nona yang akhirnya terdampar di kawasan bisnis di Jakarta Barat itu. Dia memetik suami dari kopdar komunitas yang dulu berbasis milis.
Adapun kantor pertama, yang saya ceritakan itu, akhirnya mendapatkan seorang sekretaris rada senior, seorang ibu yang sudah rehat kerja sekitar tiga tahun untuk membesarkan anaknya. Dia melamar setelah teman saya dari kantor itu meminta bantuan saya membuat iklan baris di The Jakarta Post.
Bagi si ibu, lokasi kantor bukan masalah. Tetapi… kisah itu terjadi 16 tahun silam! Saat itu internet belum merata, hanya mainan segelintir orang pengguna dial up. Saat itu jejaring sosial, sebagai bagian dari media sosial, belum tumbuh. Tak ada Facebook, Twitter, Foursquare, dan Koprol. Bahkan yang namanya milis pun masih asing — dan sekarang bagi sebagian orang milis malah tak menarik.
Sekarang? Tampaknya berbeda. Maaf, saya tak melakukan survei. Hanya menuliskan kesan saja. Intinya, jika masalahnya adalah pergaulan dan informasi maka lokasi kantor bukan masalah.
Media sosial mempermudah pergaulan. Meskipun saban siang makan di kantor, tetap saja tak terasing dari dunia luar. Tetap bergaul, tetap bertambah teman.
Internet juga mempermudah alumnae sekolah sekretaris untuk bertukar informasi. Ditambah mobile internet, soal keterhubungan menjadi lebih mudah. Pasal jodoh, atau minimal pasangan kencan (dengan harapan “when a date becomes a mate“), juga bukan problem — kecuali bagi orang sulit dan pesimistis. :P
Maslahat internet tak hanya didapatkan oleh para sekretaris anyaran tetapi semua pekerja muda apapun posnya. Mereka yang bekerja di bagian keuangan, menurut kesan saya, sekarang tak terlalu peduli lokasi kantor. Minimal sebagai tempat berlabuh sementaralah — tapi ada juga yang kebablasan karena kerasan.
Asal lokasi tak kumuh, dan aman, sepulang kerja terutama pada tanggal bagus, berarti masih ada peluang tebar pesona. Mal bertambah, kedai bertumbuh, aneka acara juga selalu ada, termasuk kopdar bermacam komunitas. Tinggal janjian atau datang sendiri itu gampang.
Saya tak tahu adakah data sekunder tentang perubahan aspirasi pekerja muda (terutama perempuan) selama sepuluh tahun terakhir. Misalkan itu ada tentu menarik. Ketika jenis pekerjaan bertambah, apalagi di sektor ekonomi kreatif, soal lokasi kantor sepanjang aksesibel bukan masalah. Lima belas tahun lalu rasanya tak banyak mahasiswa, apalagi anak SMA, yang ingin menjadi manajer band atau juragan event organizer.
Soal kebebasan berbusana di sektor tertentu, dan pos jabatan tertentu, mungkin juga menjadi daya tarik. Kalau setiap orang dapat memilih business attire-nya, tetapi bisa menyesuaikan diri pada saat harus terkemas formal, tampaknya menggoda juga. Bekerja di kawasan bisnis, dengan kantor yang menuntut kemasan formal, padahal gaji tak seberapa, hanya menghabiskan uang. :D
Ah sudahlah, semua pengandaian saya tadi mungkin salah. Lebih menarik jika saya mendapatkan masukan dari Anda. Yaitu seberapa penting sih lokasi kantor jika mudah diakses oleh angkutan umum, terutama jika Anda wanita? ;)
© Ilustrasi: Rerock Jeans/express.com & Macy’s (macys.com)