↻ Lama baca < 1 menit ↬

Lama saya tak melihat pisau lipat tipis  dari pelat logam karena tampaknya dia sudah tergusur oleh cutter — pisau potong dengan mata yang dapat diperbarui. Ternyata barang itu masih diproduksi di Jepang, dan di Jakarta ada yang menjual seharga Rp 700 per bilah. Terbikin oleh SDI, produsen alat tulis dan kantor. Nama resmi barang ini “penmes” (tampaknya menyerap dari Belanda), tetapi sebagian orang Jawa menyebutnya “pè-mès”. Saya tanya seorang teman yang kelahiran Jakarta, dia menyebutnya “mè-mès”.

Lho, apa sih bedanya bunyi “é” dan “è”? Kalau “é” itu seperti pengucapan kata “tempe” dan “kafe” atau “café”. Sedangkan “è” itu seperti pada “encer” dan suku kata tengah nama “Adèle”.

Oh ya, ada yang ingat mulai kapankah KBBI memakai “é”? :D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *