↻ Lama baca < 1 menit ↬

Jika Anda beli inkjet printer seharga Rp 350.000, maka sekali beli paket tinta aslinya (hitam dan berwarna) sudah hampir menyamai harga printernya. Sejak dulu begitu.

Sebagai konsumen, boleh saja Anda punya solusi macam ini: beli saja printer sejenis ukuran A3, yang harganya delapan kali lipat, supaya tak rugi saat membeli tinta asli.

Oh, silakan. Itu hak Anda. Juga hak produsen printer untuk akhirnya tak hanya menjadi penyedia hardware dan peripherals tetapi juga chemicals bernama supplies. Jangan-jangan pendapatan dari cairan kimia bernama tinta itu lebih besar dari penjualan printer.

Untunglah pasar yang terbuka tak diam. Pasar memberi solusi. Dan kita tahu yang namanya tinta isi ulang itu tumbuh terus. Sebagai bisnis waralaba ternyata hidup.

Pekan lalu saya baca BusinessWeek Indonesia yang memuat riset Spire Research & Consulting tentang pasar tinta Indonesia. Untuk jenis tinta isi ulang maka urutan pemakainya adalah UKM (35%), konsumen rumahan (30%), dan perusahaan besar (25%), dan kantor pemerintah serta lembaga pendidikan (10%).

Adapun untuk toner isi ulang (cetak laser), urutan pemakainya UKM (35%), konsumen rumahan (30%), perusahaan besar (30%), dan kantor pemerintah serta lembaga pendidikan (10%).

Tentang kualitas, terutama fomula kimia yang aman bagi printer, masing-masing pihak — yakni produsen printer dan produsen tinta isi ulang — punya argumentasi. Masing-masing mengklaim punya keunggulan.

Apakah konsumen bingung? Tidak. Konsumen tahu diri, kalau hanya untuk cetakan biasa, dengan kertas biasa, bukan untuk keperluan istimewa, maka tinta apa saja tak masalah. Kalau mau bagus banget tinggal mendatangi jasa pencetakan digital 24 jam, untuk dicetak dengan kertas khusus.

Konsumen juga bertukar informasi. Untuk tinta isi ulang atau infus merek tertentu, maka setiap hari dipakai mencetak sekali saja supaya lubang penyemprot tinta tak mengering.

Pasar yang menyenangkan adalah yang terbuka dan memberi pilihan kepada konsumen. Ini serupa Anda membeli baterai ponsel: kalau yang orisinal mahal, hampir menyamai harga bekas ponsel Anda, maka belilah baterai yang kompatibel.

Kompatibilitas itu menyenangkan.

* Dimuat di Kolom Paman Tyo detikinet Senin 19 Desember 2010

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *