YA BEGITULAH, TAPI MANUSIA SELALU BELAJAR, KAN?
Maka inilah yang terjadi: mereka muncul di halaman terdepan mesin pencari, tapi ketika kita kunjungi byuhhh… isi weblognya tidak jelas, berputar-putar antartautan, bahkan sumber penulisan maupun gambar pun tak disebutkan. Dari dulu sudah ada tapi belakangan, tahun ini, kesan saya kian berbiak.
Lebih mengesalkan lagi, tabir iklan mengambang di halaman depan tak bisa dienyahkan kecuali Anda harus mengeklik salah satu teks iklan.
Saya ingat pendapat Priyadi di Formspring setahun lalu:
“praktik2 tersebut tidak memberi kontribusi positif ke dalam ekosistem internet. melainkan sebaliknya, berbagai sumber daya harus dikeluarkan untuk memberantas masalah2 tersebut.”
Bagaimana kita, terutama saya, menyikapi ini?
Mesin pencari
Realisitis saja. Mereka, para pengecoh itu, adalah produk sampingan dari putaran besar mesin pencari. Mesin dan kepintaran manusia dilawan (bisa juga dibaca: “ditemani”) dengan jurus yang sama. Itu bagus. Tapi menjadi menjengkelkan kalau isinya hanya halaman penyesat.
Kreativitas
Ukuran kreativitas orang berbeda-beda. Ada yang menganggap pembuatan konten orisinal melalui tulisan, gambar, suara, dan gabungan semuanya sebagai hal yang kreatif. Melelahkan tapi memuaskan bagi si pelaku.
Tapi ada juga yang menganggap jalan pintas yang menghalalkan banyak cara merupakan bukti kreativitas. Manakah yang lebih bagus dan membanggakan, Andalah yang menimbang. :D
Uang
Semua orang butuh uang. Tapi bagaimana mendapatkannya, ini persoalan etos kerja. Pada sisi yang paling personal, ini menyangkut pandangan hidup dan kenyamanan memilih jalur nafkah. Salah satu bukti kenyamanan adalah tidak malu mengakui pilihan jalan rezeki — bahkan mungkin membanggakanannya — secara terbuka.
Bagi banyak orang, membuat web pengecoh demi iklan dan lainnya, melalui penjebakan, dianggap kurang bermartabat. Tapi bagi pelaku ini semua adalah seni di tengah belantara informasi. Ini juga cuma soal, “Salah sendiri kenapa ngeklik halaman saya – mestinya nyalahin mesin pencari dong”. :D
Terserah, Anda lebih menyukai aliran yang mana. ;)
Berbagi, berbagi, dan berbagi
Pengertian “berbagi” sudah meluas. Apapun bisa disebut “berbagi”. Main comot konten sana-sini untuk dimuat di “blog” sendiri, bagi pelakunya juga dianggap “hanya berbagi” dan “ini salah satu bentuk berkonten di internet”.
Bahkan sebuah halaman pengindeks topik, yang bukan milik perorangan, sangat berhasil melakukan ini sehingga merajai temuan Google. Kalau saja dalam setiap artikel ada tautan ke sumber asli itu bagus. Tapi kalau hanya keterangan “dari TempoInteraktif”, sehingga Anda harus terus mencari naskah asli di tempointeraktif.com, maka itikad baik di pemilik situs layak dipertanyakan.
Soal “berbagi” ini bisa menjadi kata yang layak besut dengan berjuta dalih. Misalnya, “Di Facebook dan Twitter orang mudah berbagi konten luar, malah langsung dari tombol di halaman sumber. Kenapa kalau kami yang membagi konten dianggap soal?”
Ehm. Sesungguhnya beda. Di Facebook dan Twitter itu, kepingan konten yang dibagi menyertakan informasi sumber. Pada blog-blogan, penyebutan sumber bukan hal penting apalagi kalau harus ditambah tautan.
Dalam blog-blogan, kunjungan orang adalah segalanya (tapi kadang komen ditutup), sehingga jika Anda membaca blog-blogan melalui aplikasi pembaca RSS maka akan terlihat gaya bahasa setiap artikel dalam sebuah blog sangat bervariasi atau… malah monotonik semua seperti mantra! :D Apa boleh bikin, ukuran kreativitas memang bermacam-macam. :))
Arah blog
Jadi, blog akan ke mana? Ya jalan terus. Seleksinya semakin ketat: hanya mereka yang suka dan terpanggil, bukan semata demi presensi dan pengakuan di mayantara, yang akan terus ngeblog.
Kalau menyangkut isu basi “blog hanya tren sesaat”, maka lagi-lagi saya merujuk Priyadi di Formspring setahun lalu:
“tidak, karena yang cuti ngeblog cuma satu orang. yang lain tetap ngeblog kan? patah satu tumbuh seribu! blog bukan cuma priyadi.net!”
Di sisi lain blog-blogan juga jalan terus, apalagi ini lebih menyangkut nafkah, soal perbedaan niat dan perbedaan ukuran kepuasan diri.
Masing-masing akan jalan terus. Dan blog-blogan akan lebih menggila dan canggih dalam memanfaatkan mesin pencari maupun halaman pengindeks blog.
Pencari informasi akan bingung dong? Nggak.
Saya percaya kepada kemampuan manusia untuk memilah. Setelah 19 kali tersandung, maka pada kesempatan ke-20 akan tahu. Kalau kemudian tersandung lagi pada kali ke-23, itu bagian dari proses belajar.
Di sisi lain, pengecoh juga terus belajar.
Memang beginilah hidup. :D