↻ Lama baca 2 menit ↬

SOAL KECOCOKAN KUPING SIH, TAPI PETA KADANG PERLU.

•• Wondrous Stories: Kompilasi progrock 33 artis ••

Apa itu progressive rock, metal, jazz rock, post-rock, progressive metal, symphonic prog, world music, new age, dangdut, dan campursari?

Bagi Anda mungkin penting (tapi bisa juga tidak). Bagi saya sih sebetulnya tidak penting. :D

Saya hanya konsumen musik. Ini persoalan dengaran, cocok di kuping atau tidak. Malah ada catatannya: musik cocok dalam situasi kerja belum tentu cocok dengan saat menyetir — atau malah ketika ngobrol di kedai.

Kalau begitu semuanya kita sebut saja sebagai musik, seperti kita menyebut semua model pakaian sebagai busana, bahkan semua asupan melalui mulut hanya kita sebut makanan dan minuman? Nanti dulu.

Busana juga menyangkut apa yang pantas dan tak pantas di mata orang dan menurut acara; bukan sekadar asal nyaman dikenakan. Adapun asupan menyangkut kesehatan dan bahkan halal dan haram.

Sepanjang musik untuk didengar sendiri, bukan untuk dipaksakan dengar terhadap orang lain, maka itu berbeda dari busana dan makanan-minuman. Sekali lagi, musik itu soal kecocokan kuping.

Adapun genre atau aliran atau apalah, dalam beberapa hal mempermudah industri dalam memetakan dagangan. Dalam hal lain juga diperlukan oleh dunia akademis untuk keperluan studi.

Bagi saya itu semua adalah peta: kalau kita ketahui sedikit maka kita merasa berada di mana. Tapi kalau tanpa peta kita merasa nyaman, dan lebih mendasar lagi tak mengganggu orang lain, maka itu boleh saja.

Kenapa pikiran saya ngelantur sebegitu jauh? Ya gara-gara sebuah CD kompilasi bertema visual Roger Dean yang bertajuk Wondrous Stories. Isinya 33 lagu yang oleh label digolongkan sebagai progressive rock.

Aha! Seolah label berharap pendengar akan mengenal beberapa keping potret musik progrock. Lalu konsumen akan membatin, “Oooo… Mike Oldfield dan Procol Harum itu progrock. Gitu juga Gentle Giant dan… Andrew Lloyd Webber.”

Terserah. Silakan. Untuk “definisi” dan contoh silakan Anda cari sendiri, antara lain di ProgArchives — salah satu kontributornya adalah blogger Indonesia Gatot Widayanto. Kalau Anda masih penasaran, masih ada blogger lain, yaitu Purwanto Setiadi, wartawan Tempo. Dia ngelotok soal progrock. Begitu juga Bang Win, blogger yang orang Yahoo! itu.

Musik, dalam hal ini lagu, bukanlah hal yang secara gampang ditentukan warnanya. Sebuah lagu seringkali merupakan adonan banyak unsur, sehingga ketika seorang barista meramu minuman cendol, kita boleh saja menyebut racikannya sebagai  dawet rasa ahli kopi.

Untuk menutup lanturan yang bukan resensi ini, baiklah saya lontarkan sesuatu yang sering terdengar. Yaitu “jazz itu musiknya orang intelek” dan “progrock itu musiknya orang cerdas”. Kalau Anda meyakini silakan, tapi saya hanya geli mendengar itu. :D

ALBUM: Wondrous Storiesz: 33 Artists that Shaped the Progrock Era • ARTIS: various artists • LABEL: Universal Music • ISI: 2 CD •  TAHUN: 2010

»» Catatan: Kompilasi ini juga punya saudara bertajuk Wondrous Stories: Complete Introduction to Prog Rock.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *