↻ Lama baca < 1 menit ↬

Inilah sumbangan rakyat dalam menafsir republik kita tercinta. Kalau terjadi pada akhir abad lalu,  saat Orde Kegelapan berkuasa, sopir bajaj di Gandaria, Jakarta Selatan, ini bisa celaka. Plak! Buk! Plak! “Kamu PKI ya? Ngaku!” Gubraks! Setrum. Cabuti kukunya. Atas nama stabilitas. :(

Misalkan sersan menanya, “Pilih mana, bebas bicara atau gampang cari makan?” maka jangan mencoba-coba mengajak diskusi, misalnya, “Mendingan bebas tapi lapar, Pak. Orang bebas bisa cari makan dengan merdeka, termasuk teriak minta harga diturunkan.”

Lalu jawabannya, “Ya sudah kalo kamu milih lapar tapi bebas. Dalam sel kamu bebas bicara apa saja.”

Kalau yang di atas sersan kepala (danramil) juga memakai cara berpikir sama maka… ah posting ini fitnah. Nggak mungkin! :D

BTW, konon pada masa Orde Kegelapan, operator telekomunikasi pun menjauhi jargon “bebas bicara”. Takut disangka subversif, apalagi kalau BUMN telko juga punya saham. :P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *