Ketika Gelael Jakarta, dan kota besar lain, memperkenalkan Kantin Murah dan Baik (KMB) pada tahun 80-an, nama itu terasa “kurang urban”. Maklumlah kata “kedai”,”warung”, “kampung/kampoeng”, bahkan “desa”, untuk tempat bersantap kelas menengah kota baru bisa diterima menjelang akhir 90-an dan menjadi-jadi saat krisis moneter. Mungkin karena terasa eksotis.
Papan nama KMB itu masih bertahan hingga pekan lalu di Gelael Tebet, Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan. Tetapi nama baru, Gelael Cafe & Ice Cream, tak menonjol sehingga terlewat dari mata tetamu.
Tentang nama Gelael, kepada majalah Jakarta Jakarta awal 90-an Dick Gelael (pendiri Gelael Supermarket) menyatakan nama itu didapat di Bali. Ada puri dengan papan nama yang hurufnya luntur sehingga tak lengkap. Papan itu bertuliskan Gel_el. Lengkapnya: Gelgel. Sampai pertengahan 90-an, raja supermarket adalah Gelael dan Hero. Gelael, beroperasi sejak 1957, kemudian menjadi pemasar es krim Swensen’s dan pemegang waralaba Kentucky Fried Chicken, merek yang kemudian diringkas menjadi KFC oleh prinsipal.