↻ Lama baca < 1 menit ↬

PAKAI DWIBAHASA SAJALAH!

Tidak, saya tidak antibahasa Inggris. Saya juga bukan orang yang antibahasa gado-gado. Kenapa? Bahasa saya juga gado-gado, kadang Jaklish (“Jakarta English”), atau Javlish (“Javanese English”), atau apapun sehingga bisa membuat bingung (atau geli) penutur bahasa Inggris yang menggunakan bahasa itu sejak dalam kandungan.Karena

menyangkut bahasa, semuanya terpulang pada maksud sebuah pesan dalam berkomunikasi. Misalnya tas-tas keresek degradable (apa bahasa Indonesianya? “Siap-urai”?) dari waserba. Banyak yang menggunakan bahasa Inggris.

Ya, saya paham bahwa sasarannya adalah kelas menengah. Saya juga paham bahwa dalam urusan dan konteks tertentu pesan berbahasa Inggris lebih nyantol — dan yang lebih penting lagi: ringkas, bahkan bisa berefek mantera. Go green, misalnya. Atau dari Circle K ini: Red Goes Green. Untuk selengkapnya lihatlah foto utama.

Saya tak mempersoalkan asal muasal Circle K maupun toko lain. Saya juga tak mempersoalkan berapa persen dari pembelanja yang bukan orang Indonesia. Saya menenggang alasan-alasan bisnis tanpa kerisauan akan dicap snob.

Jadi, apa dong masalahnya? Khusus untuk kasus ini, kampanye penggunaan tas degradable, saya berharap lebih. Kelas menengah adalah perantara. Tapi pesan akan lebih sampai jika isinya juga menyapa kelas di bawahnya. Yaitu menggunakan bahasa Indonesia.Dengan pesan berbahasa Indonesia, sebagai pelengkap pesan berbahasa Inggris, para pembantu rumah tangga non-TKI/TKW, tukang sayur, pemulung, dan segenap mata rantai pengguna tas, akan lebih cepat mencerna pesan.

Lho, bukannya masyarakat harus dibiasakan melek bahasa Inggris? Ya. Dan itu sudah serta masih. Biasanya sih berupa teks ringkas, sebangsa “office“, “exit“, “no smoking“, “pull“, “push“, “play“, dan “eject“. Itu tadi serangkaian pesan yang sudah lama beredar.Adapun tuturan berupa kalimat, dalam kasus ini, merupakan hal baru. Pesan berbahasa Indonesia, syukur jika disertai gambar, akan sangat membantu penyerapan. Alfamart sudah melakukannya — tapi sayang kurang jelas (berapa lama tas akan terurai?

Saya yakin penggunaan dwibahasa pada tas takkan menambah biaya produksi. Menurut Anda?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *