↻ Lama baca < 1 menit ↬

Saya tidak tahu apakah penanganan TKI pulang itu sudah benar-benar beres. Dulu terkabarkan bahwa pengangkutan TKI ke kampung asal pun berbau pemerasan, begitu pula kurs penukaran valuta.  Perlakuan kita terhadap TKI mungkin mendua. Menyebut mereka sebagai pahlawan devisa tetapi mengandangkannya melalui terminal khusus yang tidak mewah — untunglah akan ditutup. Siapa TKI? Yang pasti ekspatriat asal Indonesia di negeri lain kurang dianggap sebagai TKI.

Cara pandang kita mungkin terwakli oleh tulisan pada minibus ini. Pariwisata — padahal mereka tidak sedang berwisata. Citra eksekutif… — padahal mereka tak ingin bercitra eksekutif. Pemulangan — padahal mayoritas dari mereka tidak dipulangkan, tetapi pulang atas kehendak sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *