↻ Lama baca < 1 menit ↬

Ketika gempa menggoyang Jakarta, tadi siang, saya sudah keluar dari Gedung Sarinah (saya sempat ke lantai dagangan teratas), bahkan sudah makan di sebuah warung lele bakar di belakang gedung yang diresmikan pada Agustus 1966 itu .  Begitu gempa terjadi, orang-orang dari lantai atas gedung tinggi di sekitar Sarinah belum sampai ke pelataran. Orang-orang di bawah malah berteriak-teriak menatap bangunan tua yang tampak bergoyang. “Tuh liat,  gedungnya ngayun ke sono! Nah ngayun lagi!” teriak seseorang.  Dari gelombang pertama hamburan orang dari lantai tinggi tampak beberapa wanita yang nyeker  terpincang-pincang, dengan stcoking hitam tetap membalut kaki,  sambil menenteng sepatu bertumit tinggi.

Setelah gempa reda, dan usai,  sepanjang Thamrin-Sudirman tampak pemandangan langka. Para karyawan memenuhi pelataran gedung tinggi. Bahkan beberapa ruas jalur hijau pembatas jalan pun dipenuhi orang kantoran. Dari dalam taksi saya melihat seorang pengendara motor berhenti, lalu mendongak ke atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *