KITA HANYA MENGANGGAPNYA SEBAGAI HAK KONSUMEN.
Dulu banget, karena lahan memungkinkan maka banyak keluarga membuat jugangan. Itu lho, lubang galian untuk sampah. Saya ingat, lama kelamaan pembuatan jugangan baru, di atas bekas jugangan lama, semakin sulit. Selalu ada plastik di dalam tanah.
Plastik apa? Macam-macam, tetapi paling banyak ya bungkus, termasuk kantong deterjen. Adapaun plastik kantong, yang disebut sebagai tas kresek karena bunyinya itu, seingat saya mulai dikenal di Indonesia pada awal 70-an.
Mulanya tas kresek macam itu berbahan lembut, tipis, umumnya bermotif (kembang, garis), tetapi kemudian kian beragam. Lalu muncullah tas kresek hitam hasil daur ulang yang kasar, berbau, kalau diterawang tampak belang-bonteng, tetapi masih dipaksakan untuk menampung gorengan.
Plastik menimbulkan masalah karena sulit diurai. Kemudian beberapa toko di sini, secara sporadis dan berkala, menyediakan kantong besar yang harus didapat dengan membeli. Carrefour pernah melakukannya. Dijual Rp 2.000-an per lembar.
Tentulah soal begituan bukan hal gampang. Tas plastik kadung ditempatkan sebagai hak konsumen. Orang berangkat berbelanja toh tak harus berbekal tas sendiri.
Sekarang beberapa toko menyediakan tas plastik degradable. Janjinya sih asal mikroorganisme tanah memadai maka dalam sepuluh minggu tas akan terurai.
Seberapa lebih mahalkah “tas ramah lingkungan (?)” ini bila dibandingkan tas kresek biasa, saya belum tahu. Pemasoknya belum membalasa SMS saya. Kapan itu saya kontak tak berjawab.
Akan lebih bagus jika kelak semua toko menyediakannya. Toko kecil penjual tinta kompatibel untuk printer (Veneta) saja berani masa toko yang jualannya lebih mahal nggak berani.
Tas lain yang rada ramah lingkungan mungkin yang menggunakan tinta berbahan air. Mudah luntur tetapi konsumen toh bisa diajari. Sudah beberapa tahun Kinokuniya menyediakan tas macam ini — tetapi saya tak tahu apakah plastiknya mudah terurai dalam tanah.
Dari sisi desain grafis, tas plastik beginian mestinya lebih menantang. Bagimanapun dalam kampanye lingkungan, pasal fashion dan hiburan mata itu tetap perlu. Menurut Anda?