↻ Lama baca 2 menit ↬

TENTANG PENGELANA, DAN… WARTAWAN BUSUK.

Bejo Okatama, baron pers Indonesia. Anda tak kenal dia? Ambillah sebuah koran terkemuka Indonesia. Cari nama pemimpin umum dan pendirinya. Coba Anda atur ulang huruf-huruf dalam Bejo Okatama.

Artinya dengan segera, apalagi dibantu daftar nama di boks redaksi, Anda akan menemukan kunci anagram untuk sejumlah nama. Misalnya Putro Marsoyo — pernah menjadi pemimpin redaksi, kabarnya dicopot karena kekaribannya dengan pejabat dan konglomerat sumber masalah.

Nama lain? Lagi-lagi bacalah boks redaksi dan mainkanlah kuiz tak berhadiah perihal sejumlah nama: Arman Sagosih, Sunu Aridji, dan Bono Sutama, Jafar Ramat. Tentu hasil tebakan Anda bukan tanggung jawab saya. :D

Sebagian dari pemilik nama itu adalah jurnalis, yang menurut Bubin Lantang dalam novel Kisah Langit Merah, kerap menerima suap. Mereka menjadikan nama besar korannya, dan posisinya, untuk berkongkalingkong dan bila perlu memeras pengusaha, melalui pemberitaan. Demi kepentingan pribadi.

Mereka berkantor di lantai tiga sebuah gedung berlantai enam. Di sana pula Langit Merah, si lakon itu, pernah menjadi reporter di (antara lain) desk ekonomi. Dialah yang mengungkap kasus cessie Bank Bali dan pemindahan mobil Timor sitaan pemerintah secara diam-diam dari Cikampek ke basement gedung-gedung setengah jadi di pecinan Jakarta.

Pahlawankah dia? Bagi adiknya, Matahari, tentu pahlawan. Demikian pula bagi ibunya, bagi kekasihnya. Di luar urusan skandal pers lingkungan kerjanya, Langit Merah adalah seorang lelaki dengan sejumlah kesialan dan sebongkah keberanian menjalani hidup.

Langit tumbuh dalam keluarga miskin di Bandarlampung, sejak SMA rajin menulis dengan mesin tik pinjaman, menjalani kenakalan bocah belasan tahun bersama gengnya dan adiknya (antara lain nyimeng), dan seterusnya, dalam paparan yang tak linier.

Termasuk dalam “seterusnya” adalah ditinggal kekasih yang menikah dengan pria lain karena wasiat ayahnya, kemudian Lintang dapat pengganti seorang ratu selingkuh, lalu dia berjumpa lagi dengan kekasih lama di New York yang sudah hamil dan menjanda, kemudian hidup bersama… Ah, silakan baca sendiri.

Manakah yang lebih menarik dari novel ini? Bumbu pergunjingan tentang erosi profesionalisme di sebuah koran utama atau perjalanan hidup si tokoh? Bagi saya bumbunyalah yang merangsang pertama kali. Adapan isi utama, cukup lezat tapi porsinya sopan — tak sampai mengenyangkan.

Ada sisi faktualnyakah sosok si lakon? Bertanyalah kepada penulisnya. ;)

JUDUL: Kisah Langit Merah • PENULIS: Bubin Lantang • PENERBIT: GagasMedia (Jakarta, 2009) • UKURAN: 13 cm x 19 cm • TEBAL: vi + 318 halaman • HARGA: Rp 37.000

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *