NAMANYA ANAK, TAK BISA DIDUGA…
Saya tak begitu memperhatikan sampai anak bungsu saya terkikik dan menggamit saya. “Lihat, Pak,” katanya, di sebuah mal, tadi malam. Oh ternyata di antara manekin di balik kaca itu ada seorang bocah. Dia diam, mungkin sedang membayangkan diri sebagai boneka pajang. Misalkan dia berlama-lama di sana mungkin orangtuanya akan kelabakan mencarinya.
Namanya juga anak. Ada saja pembetot minat mereka yang kadang tak terduga. Kedua anak saya, waktu masih bocah, kadang bikin repot dan malu karena menyusup di antara baju-baju yang digantung di toko.
Puncak kemaluan saya terjadi ketika mereka menyusup di antara lingerie lalu berseru, “Liat, Bapak! Ini lucu, ada bulunya.” Dua wanita yang sedang memilih segitiga pengaman dengan hiasan bulu menjumbai tampak merah mukanya.
Niat saya (seperti umumnya pria tradisional) menjauh dari konter pakaian dalam wanita, tapi apa daya ketika harus momong anak ternyata… ya begitulah.
Kapan itu, ketika mereka sudah agak besar, sudah tidak menyusup di antara pakaian dagangan. Tetapi ketika melihat split thong merah mereka terkikik-kikik, apalagi Mbah Putri bilang, “Lha apanya yang dibungkus kalo celananya gini.” Saya pura-pura tak paham, tak bereaksi. Istri saya menahan tawa. :D
Waktu saya kecil, dan diajak berbelanja ke pecinan, saya juga pernah menghilang, melihat penjual gelas membentur-benturkan dagangannya ke peti kayu. Adik saya malah pernah menggandeng pria lain yang disangka bapaknya. Namanya juga anak.
Yah, lagi-lagi namanya juga anak. Minat mereka bisa berbeda daripada orang dewasa. Suatu kali, ketika masih mahasiswa, saya mengajak seorang bocah TK melihat terjun payung. Bukannya mendongak ke atas melihat boogie jamur di langit biru, itu anak malah menoleh ke samping; bukan ke dead center tapi ke arah penjual es gosrok.
Nah, kalau yang ini bukan dunia anak. Suatu kali ketika bersama tuan rumah di negeri dingin akan makan siang, tak jauh dari kantornya, saya tak memperhatikan bahwa satu manekin di antara manekin lainnya di lingerie shop itu adalah manusia. Saya sadar setelah tuan rumah memberi tahu. Karena terburu-buru saya tak melihatnya. Sepulang makan siang saya melewati toko itu lagi, dan celingukan. Yang saya cari tidak ada lagi. Tapi saya tak tahu, kalau yang melihat ini Crayon Shinchan dan (terutama) bapaknya, mungkin menarik juga.
Kalau pengalaman Anda (waktu kecil) dan anak Anda (atau keponakan Anda) bagaimana? Ceritakanlah…