↻ Lama baca < 1 menit ↬

BARANG LANGKA DALAM KESEHARIAN KITA.

prangko lebaran 2006 pada ramadan 2008

Kemarin ada surat tiba di rumah. Tidak diantarkan oleh kurir partikelir melainkan Pak Pos. Yang terakhir tadi juga caraka swasta karena pegawai PT Pos Indonesia sudah tidak dianggap sebagai anggota Korpri. Tak seperti antaran lain (via pos) yang dicap oleh mesin tera, amplop itu berprangko. Temanya Lebaran. Edisi 2006.

Rasanya sudah lama saya tak melihat prangko. Mungkin Anda pun begitu. Lalu lintas pesan tertulis yang kita libati telah berganti SMS, e-mail, dan bahkan Plurk. Tanpa prangko.

Saya menduga peredaran prangko kian berkurang. Itu berarti koleksi para filatelis semakin berharga. Yang saya tidak tahu, selama lima tahun terakhir ini berapakah pertumbuhan jumlah filatelis.

Selanjutnya prangko mungkin kita lupakan. Kita hanya tahu saudaranya prangko, yaitu meterai. Tapi meterai pun sudah tergantikan oleh mesin tera, bahkan beberapa dokumen cukup menyebut meterai telah terbayar. Kini warung-warung dekat rumah tak punya papan nama “Depot Benda Pos”.

Ketika prangko telah kita lupakan, generasi mendatang mungkin heran sekaligus bingung kalau ada ungkapan “lengket seperti prangko” (pernah menjadi bahasa iklan). Hanya kakek dan nenek mereka, kalau ingat, yang bisa mengisahkan bahasa prangko. Misalnya jika prangko ditempelkan secara miring berarti “segera dibalas”.

Ah, tak sepahit itu. Jawaban TTS masih dikirim melalui kartu pos. Dan kabarnya peserta rubrik jodoh masih mengawali perkenalan dengan surat via pos.

Nah, kalau seterusnya berkorespondensi via pos, bisa-bisa incaran sudah digaet orang karena kelamaan nunggu. Seperti cerita di komik Lucky Luke: kiriman untuk seorang wanita diterima oleh anaknya, karena sekian tahun surat tak jelas rimbanya. “Mamaaaaaa…!” seru anak itu sambil berlari ke dalam rumah setelah menerima surat dari Pak Pos.

Dalam guyon kasar pria, korespondensi via pos sama saja berisiko lamaran tiba ketika si (eks-)gadis sudah menopause. Ups, maaf.

—-

Dari amplop lama:
+ Mengirim tanpa beli prangko
+ Kotak pos belum punah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *