Menyapu Kantor

▒ Lama baca < 1 menit

BERSYUKURLAH JIKA ANDA YANG DIPERTUAN.

circle k jalan ahmad dahlan jakarta

Ada yang aneh, di luar kebiasaan, ketika pagi gelap tadi saya mendatangi sebuah Circle K di Jakarta Selatan. Ada suara srek-srek-srek sapu lidi menggaruk pelataran. Sudah sepi, tak ada lagi gerombolan cowok-cewek nongkrong di waserba 24 jam itu. Dua pegawai toko yang merangkap kasir ada di luar. Yang satu jongkok. Yang lainnya menyapu. Mereka ngobrol dengan suara keras.

Si penyapu menggiring puntung rokok, tisu, bungkus cokelat, bungkus permen, tutup botol, dan sampah lainnya.

“Biasa Pak, kotor kalo habis dipake nongkrong anak-anak,” kata si penyapu. Temannya yang tadi jongkok di dekat motor langsung masuk, tanpa saya minta mengambilkan rokok untuk saya. “Yang merah, kan? Yang pakai gambar ya, Pak?” tanyanya.

Bukan sesuatu yang istimewa jika pegawai kedai, resto, kafe, dan minimarket punya tugas tambahan sebagai pelaksana cleaning service. Jika tempat kerja disebut kantor, maka mereka itulah yang menyapu kantornya.

Di Pondok Indah Mall, menjelang tutup toko, saya sering menjumpai pramuniaga toko berseragam (bukan resto) menenteng ember berpenutup serbet. Mereka hendak mencuci gelas dan piring.

Bedanya, orang-orang toko itu membereskan apa yang mereka lakukan. Orang warung? Mereka membereskan apa yang ditinggalkan oleh orang lain. Memang sih, orang lain itu adalah pembeli dan pelanggan.

Baiklah, kita bisa bilang mereka memang digaji untuk itu. Tak perlu kita campur tangan atau mau tahu. Ini serupa sebagian dari kita yang ketika melewati pengepel lantai di kantor dan mal tak merasa perlu bilang permisi. Juga serupa dengan kepelitan kita bilang terima kasih kepada pramusaji kedai.

Tapi sekali mereka lalai tugas, sehingga yang semula tertata jadi berantakan, kita akan uring-uringan, tak merasa nyaman, bila perlu mengumpat.

Ketika mereka benar, kita tak mengingat. Ketika mereka salah, kita tak melupakan. Bersyukurlah orang yang jadi ndoro tuan.

Tinggalkan Balasan