↻ Lama baca 2 menit ↬

KACA SPION PENAMPIL PEMANDANGAN BELAKANG.

baca sambil nyetir

Saya mau pindah jalur. Menengok kaca spion. Ternyata mobil di belakang tak bergegas. Pengemudinya sedang membaca buku saku tipis. Sepintas tampak logo di sampul belakang: Gema. Itu nama penerbit seria cerita silat Cina karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.

Ada saja cara mengisi waktu di tengah lalu lintas yang merayap. Dari ngupil sampai baca. Sambil mengemudi.

Pria itu, pagi tadi di Jakarta Selatan, memilih bersilat di benak ketimbang saling serobot dan sodok di dunia nyata.

baca kho ping hoo sambil nyetir

Penganjur keselamatan mengemudi tentu tak merekomendasikan menyetir sambil menyimak bacaan. Itu dianggap sama berbahayanya dengan menyetir sambil menelepon (tanpa headset) dan terlebih baca-tulis SMS.

Tetapi di luar keselamatan berlalu lintas, melakukan sesuatu sambil menyetir memang merupakan godaan. Atas nama hemat waktu, demi pemanfaatan waktu, daripada bete, lebih baik multitasking.

Siapakah yang peduli? Sepanjang tak ada kasus buruk, yang peduli adalah orang iseng. Misalnya sesama pelintas jalan yang berpapasan. Bisa juga pengendara mobil depan yang memergoki dari kaca spionnya.

Kaca spion. Nama yang lucu. Dekat dengan spionase. Artinya memata-matai. Termasuk untuk urusan tak penting yang dilakukan oleh orang lain.

Saya tak tahu apakah mobil-mobil pada awal penciptaan, ketika jalan masih dibanyaki kereta kuda, juga sudah berkaca spion kanan dan kiri.Adapun spion tengah mungkin tercipta ketika mobil sudah beratap.

Menarik juga kalau memikirkan spion. Sebagai cermin, dia bukan benda baru dalam sejarah peradaban. Ketika kaca pengilon belum ada, dan lempeng perak pemantul bayangan belum ditemukan, orang bisa becermin dari air.

Dari cermin air pula seorang pemuda jatuh cinta kepada dirinya sendiri. Di kemudian hari, cuplikan mitologi Yunani itu dipakai untuk melabeli gejala kejiwaan bernama narsisisme — merujuk kepada Narcissus, putra Dewa Sungai Cephisus. Bloggers sering saling ledek sebagai narsisis. “Tepatnya”: narsis.

Lantas untuk apakah kaca spion? Voyeurisme? Mungkin bila merujuk bocah-bocah laki bengal usia SD yang memanfaatkan cermin penyerut pensil untuk memuaskan rasa ingin tahu.

Tapi di luar tafsir yang ngelantur itu, kaca spion sering dipakai sebagai lambang kehanyutan seseorang kepada masa lalu. Selalu menatap ke belakang selagi bergerak ke depan.

Apapun tafsir dan perlambangnya, kaca spion adalah teman perjalanan. Kadang membantu, kadang tidak. Tak jarang memberi hiburan aneh. Wajah cantik dalam mobil belakang kadang hinggap di kaca spion mobil depan. Wajah cantik yang ngupil di tengah kemacetan.

nyetir sambil baca kho ping hoo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *