↻ Lama baca < 1 menit ↬

KALAU SAJA TANPA BANYAK TAPI.

garansi uang kembali

Berani juga kedai di Jakarta Selatan ini. Kalau makanan tak enak maka uang dikembalikan. Sayang saya belum mencobanya — karena tujuan saya memang warung di sebelahnya.

Kemarin petang itu, ketika baru menjepret saya didatangi pramusaji yang menawarkan menu. Saya lupa bertanya, apakah uang boleh kembali tanpa tapi. Maksud saya apa saja syarat dan ketentuannya.

Money back guarantee memang mengasyikkan kalau nyata. Saya pernah menjumpai seorang serdadu cepak mendatangi penjual durian, membawa sekitar lima durian hasil rakitan — kulit disatukan lagi bersama isi yang tak termakan, lalu diikat tali rafia. Si penjual menolak. Si serdadu berlalu sambil ngedumel.

Tapi rumit juga kalau syarat dan ketentuan tak jelas. Bisa saja setelah menyantap empat per lima porsi (atau 9/10), di sebuah warung si pembeli bilang, sambil bersendawa, “Ndak enak ini. Ayo mana uang saya?”

Tentang uang kembali, tanpa potongan, saya pernah mengalami. Konser yang akan saya tonton batal, dan penjual karcis via internet itu mengembalikan uang saya.

Kalau yang bukan uang? Pernah, karena masih dalam garansi, engkoh di Glodok menukar CD player rakitan (garansi toko) yang saya beli dengan produk sejenis yang baru. Saya tak tahu, setelah di-refurbish barang eks-saya itu akan jatuh ke siapa.

Untuk kamera saku, karena telat menyervisnya, sehingga melewati masa garansi, saya tak mendapatkan apa yang teman saya peroleh: kamera pengganti. Saya hanya ditawari trade in, alias tukar tambah bersubsidi.

Gampangannya, harga kamera baru, penerus versi yang discontinue, itu senilai ongkos servis. Sebuah fait accompli, tapi ya apa boleh bikin.

Masih mendingan dibandingkan kasus ponsel anyar yang ngadat tapi pemiliknya diminta menunggu sebulan lebih oleh pusat servis — dan tak dipinjami pengganti.

Apakah Anda punya pengalaman manis maupun pahit dalam soal pengembalian uang (atau barang)?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *