↻ Lama baca < 1 menit ↬

ADA BEBERAPA KESAMAAN. MENURUT ANDA?

kemeja dan celana priaSejumlah pria ngobrol ringan. Satu bercerita lainnya mengiyakan lalu tertawa bersama. Pengalamannya sama. Khususnya dalam soal pakaian. Pertama: cenderung mengambil celana dalam, sapu tangan, dan kaos dari tumpukan teratas — padahal si peletak pakaian tersetrika tidak menerapkan FIFO seperti kotak beras.

Kedua? Untuk pria penyuka busana plain, taruh kata kemeja putih dan celana khaki (atau jins), maka jumlahnya banyak tapi tak kentara, sehingga istrinya bosan. Suami tampak tak pernah ganti, tapi selalu percaya diri.

Ketiga? Ini yang tidak sama. Separuh peserta forum ngaco itu setelah menikah jadi memasrahkan soal busana ke istri. Baju dipilihkan dan dibelikan nyonya, dan sebagai suami yang manis (minimal dalam rumah) mereka menurut dengan senang hati.

Salah satu alasan, selain praktis, adalah, “Kalo beli sendiri dan bagus banget pasti diinterogasi siapa yang nemenin beli, siapa yang milihin, atau siapa yang beliin…” Intinya, ujung-ujungnya adalah sejumlah wanita lain yang jadi tersangka — dan kadang akhirnya terbukti benar. :D

Dalam kelompok manis itu ada yang kalau dipesankan “seragam sarimbit” tetap bersedia memakainya dengan harapan tak ketemu teman.

Separuh sisanya tidak mau didekte istri. Tetap beli pakaian sendiri. Termasuk dalam kelompok keras kepala nan mandiri ini adalah mereka yang selalu beli kemeja putih dan kemeja denim tipis, dengan celana khaki dan jins.

Keempat? Hampir semuanya menyerahkan urusan pembelian pakaian dalam ke istri.

Ini bukan survei. Anda yang sudah menjadi suami bisa menambahi cerita. Anda yang sudah menjadi istri bisa punya kesaksian sendiri. Adapun Anda yang belum bersuami tetapi sering memanjakan suami orang, sebaiknya jangan bercerita.* :)

Juga bukan survei, lagi pula tak semua pria berpola konsumsi macam ini. Istri akan protes jika suatu hari sadar bahwa jumlah sepatu suami lebih banyak dari istri.

“Aku yang perempuan aja nggak sampe segitunya, masa Mas bisa banyak sepatunya padahal kaki cuma dua…” begitu salah satu protes seorang nyonya.

Si nyonya lupa, suaminya tidak punya banyak sandal maupun selop. Semua alas kaki adalah sepatu. :D

*) Kecuali suami orang itu adalah ayah, abang, dan adik kandung :P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *