Zamannya Sekolah Beriklan

▒ Lama baca < 1 menit

BISNIS YANG BAIK BUTUH PEMASARAN.

iklan lp3i

Gaya Pak Ketua itu berbeda dari umumnya iklan lembaga pendidikan. Bukan cuma pakai jas, lalu difoto agak menyamping, tetapi mengarahkan telunjuk ke pembaca. Seperti gaya presenter dan musisi kita yang ditulari oleh MTV.

Tak apa. Ini memang zamannya pemasaran. Apa yang dulu, dalam “paradigma lama”, dicitrakan sebagai “badan sosial”, misalnya sekolah dan rumah sakit, sekarang pun giat memasarkan diri.

Maka lihatlah, Sekolah Binus pun memasang bilbor, melintang di sisi jembatan penyeberangan di atas jalan tol Slipi, Jakarta Barat.

Adapun perguruan (tinggi) negeri, sejauh ini masih agak kikuk dalam memasarkan diri. Pengecualian berlaku untuk program magister manajemen di PTN. Sudah lama mereka memasarkan diri selayaknya sekolah bisnis.

Sedangkan lembaga pendidikan swasta, baik penyedia program diploma maupun sarjana, lebih berani mengiklankan diri. Pernah saya dengar iklan di radio (bukan adlips), “Mahasiswanya keren-keren loh!” — yang penting gaul, bukan ilmu. Ada pula, “Kampusnya pake AC lho!” — kalau ditambahi “pakai musik” jadilah bus malam: “full AC, full music“.

Pernah juga saya lihat di koran beberapa tahun lalu, sebuah sekolah komunikasi yang terkenal dengan spesialisasinya dalam PR memampangkan beberapa mahasiswa dan alumninya yang jadi selebritas. Kalau tak salah, Roger Danuarta salah satunya. :D

Mau tahu iklan paling garing dari sekolah milik negara? Pendaftaran Akmil, AAU, AAL, dan Akpol! Mestinya ada biro iklan yang mau menolong. Lho? Yah, minimal untuk ikut Citra Pariwara, gitu kan Pakde Totot?

Di media (cetak) luar negeri, sering kita jumpai iklan dari akademi militer dengan sajian yang keren. Misalnya US Navy yang menampilkan angota SEAL berwajah coreng-moreng kamuflase, mirip hasil still photography sebuah film.

Di koran Singapura, pernah saya jumpai iklan sehalaman penuh untuk calon taruna akpol dengan menjadikan iming-iming gaji sebagai headline. Gajinya yang setara pegawai anyaran bank sana.

Saya tak tahu apakah IPDN, atau apalah namanya sekarang, perlu sepaket rencana komunikasi, yang muaranya tak hanya iklan di media tetapi juga lainnya. Artinya pengumuman pendaftaran hanya salah satu di antara itu.

Lembaga pendidikan apa pun memang kudu dikelola secara bisnis. Maksud saya dikelola dengan baik dan benar, dan pemasaran hanya salah satu dari itu.

Begitu seriusnya pengelolaan bisnis lembaga pendidikan sehingga pekan lalu, ketika Jane Mendillo menjadi CEO Harvard Management, soal ini pun layak diperhatikan.

Itu soal duit gede dari kanan-kiri. Kalau ndak genah menanganinya bisa jadi urusan kejaksaan dan pengadilan. Katanya buat beasiswa kok disalurkan ke HPH dan maskapai penerbangan. Lantas kalau ada masalah, penyelesaian menunggu pendirinya mati. :D

Tinggalkan Balasan