SEMOGA AKADEMISI DAN PAKAR MAU NGEBLOG.
Kalau saya tak salah ingat, istilah “pakar” diperkenalkan pada awal 80-an sebagai padanan untuk “ekspert”. Bersamaan dengan “mantan” sebagai pemadan “bekas”, istilah “pakar” cepat diterima oleh khalayak ramai maupun sepi.
Perihal pakar, kepakaran, dan pemakaran (bukan dari kata “makar”), saya sudah pernah menggombalkannya — tanpa harus naik ke Dago Pakar.
Barusan saya ke KBBI Daring. Ternyata di sana ada “pakar balsem”. Coba Anda periksa gambar hasil tangkapan layar, dengan hiasan dari sana.
Aha! Saya menafsirkan bahwa sebagian bloggers pun tergolong pakar balsem karena gemar mengomentari apa saja. Nah, kalau soal puisi balsem, ini urusannya blogger yang penyair sejuta puisi.
Sekarang marilah kita berbelok bual. Apakah pakar harus selalu benar?
Menurut saya tidak. Pakar juga manusia. Misalkan ada pakar tentang kebenaran, dia juga berkesempatan untuk salah. Kalaupun dia selalu benar toh, ehm, kebenaran tak dapat dimonopoli.
Lantas kenapa seseorang menjadi pakar?
Pertanyaan ini bisa diralat: kenapa seseorang bisa dianggap sebagai pakar? Yang mestinya menjawab adalah pihak lain yang menahbiskan seseorang menjadi pakar. Lha iya to, wong pakar dan kepakaran itu soal pengakuan, je.
Bagaimana kalau orang yang disebut sebagai pakar ternyata keberatan oleh julukan itu, bahkan sudah memprotesnya, tapi pihak lain — dalam hal ini media — terus mengulangi penyebutan?
Wah, ini tugas orang media untuk menjawabnya. Bukankah kalangan ini yang cenderung suka memakarkan dan mem-pengamat-kan seseorang?
Tentu akan disebut kebangetan kalau ada pihak yang menuduh orang media itu malas, maunya mencari narasumber yang gampang dihubungi dan ikhlas menjawab dalam bahasa yang mudah.
Juga akan disebut sebagai tudingan kebangetan kalau orang media dibilang suka cari masalah. Di satu sisi kelewat gampang melanggani kepakaran seseorang, tapi di sisi lain sengaja menampilkan apa pun omongan si pakar supaya ramai dan kontroversial, dan ujung-ujung si ter-pakar-kan akan merasa jadi korban spin doctor sampai nyaris terkapar.
Apa pun keruwetan dalam pemakaran (maksud saya pem-pakar-an) ini, yang paling bagus bagi setiap narasumber langganan media adalah mengoperasikan blog pribadi. Tidak ada yang menyunting dalam arti menyunat maupun menambahi semua pernyataan aslinya.
Tentu akan lebih bestari — tak hanya pandai lagi cerdik — jika dalam blognya dia membuka kotak komentar agar dapat berdiskusi.
Seorang pemakai internet yang luas pengetahuannya, dan bisa menulis bahkan sering dimintai pendapat, menurut saya tinggal selangkah jalan untuk ngeblog.
Persoalannya mau atau tidak. Bukan begitu, bukan? Eh, ngomong apa sih dari tadi, kok ndak jelas. :D
texas insurance 100 no loan mortgageloan $10,000 no checks personalowner loan 1933 home 20 corporationaffordable loans home mortgagecalculator loan on addhour 24 loan97 loansof loans home equity advantagespersonal $2000 loanloans mortgage 50 down