Diamonds are Forever (alias Keblinger)

▒ Lama baca < 1 menit

SENI KORUPSI DI INDONESIA.

berlian itu abadiDulu, kalau kita mendengar “jual-beli berlian”, maka yang terbayang adalah dua jenis pelaku bisnis.

Pertama: ibu-ibu aktivis arisan.

Kedua: memang pedagang, dari Pasar Baru, atau Cikini, kemudian Frank & Co sampai De Beers.

Sekarang? Istilah “bisnis berlian” adalah mainan pejabat publik yang dihidupi oleh pajak rakyat. Itu sebuah cara untuk mengaburkan sumber pendapatan di luar gaji resmi.

Kenapa berlian, saya hanya menduga-duga. Kalau hanya mengaku jadi makelar mobil bekas, duit sampai enam miliar rupiah sebagai laba bersih untuk pemain baru kok kayaknya meragukan.

Mengaku jual-beli tanah? Sektor ini, terutama di kota, dikeroyok para pialang properti. Transaksi mudah terendus. Artinya sulit bagi pendusta untuk mengaku sukses jual-beli lahan.

Dapat warisan? Ini jawaban rentan. Orangtua dan mertua si pejabat, berikut keluarga besarnya, tak hanya akan layak sidik tapi justru akan marah kalau ada ahli waris yang meledak tanpa bagi-bagi hasil.

Ciri-ciri korupsi antara lain bukti telanjang. Duit kiloan, bukan sentimetaran, dollar Amrik pula, direndam dalam ember cucian. Atau bawa duit tunai ratusan juta rupiah selagi bertamu. Kurang classy, mirip hasil gerebekan rumah judi.

Mengaku berbisnis berlian adalah cara gampang — untuk sementara. Barangnya pating plenthis mecengis tapi harganya gigantis. Maka tak mengherankan jika beberapa perang saudara di Afrika melibatkan “berlian berdarah” (memang itu motivasi utamanya), sehingga Antwerpen, kota bursa berlian dunia, pun harus waspada.

Tetapi berlian pun sebetulnya gampang dimentahkan. Barang mahal tanpa jejak dokumen yang jelas pastilah hasil kejahatan, termasuk selundupan. Catatan: menemukan harta karun di kebun tapi tak melapor ke polisi dan dinas purbakala kita anggap saja bukan kejahatan. :D

Setelah kilah berlian dianggap basi, penggantinya apa? Menang lotere di luar negeri? Pemenang hadiah utama selalu diumumkan. Memang sih, boleh tanpa nama demi privasi. Tapi nama negara, setidaknya clue “dari sebuah negara di Asia” kiriman kantor berita, bisa menjadi petunjuk. Belum lagi endusan kaki tangan PPATK, karena duit tidak dikirim secara tunai.

Terus, gimana dong? Selalu ada acara. Dan yang paling bagus adalah mengajak penegak hukum untuk tahu sama tahu. Inilah Indonesia. :(

© ilustrasi: Absolute Diamonds

Tinggalkan Balasan