PADA AKHIRNYA SOAL IMAGE SAJA…
Mobil dengan dua lonjor petai itu menyalip saya. Wah! Bangga betul dia dengan petainya. Mungkin maniak petai. Lincah menyetirnya barangkali juga karena petai. Tapi bisa juga dia hanya korban keisengan dari orang yang menutup pintu bagasi mobil.
Hampir sebulan setelah disalip di sekitar Alas Roban, Jawa Tengah, itu saya menjumpai petai di sebuah kedai swalayan di Cikini, Jakarta Pusat. Sedap, merangsang, kata yang suka. Silakan dicoba, kata Mbak Pramusaji.
Saya tak mengambil karena kurang tertarik untuk klethas-klethus petai. Kalau sekadar aroma petai dalam masakan, bolehlah. Bahwa rajangan kecil pahit akan terkunyah ya apa boleh bikin.
Soal petai atau pete itu terserahlah. Semata pasal salero. Tapi seorang juragan radio di Semarang bilang, “Pada akhirnya petai itu soal image. Soal gengsi. Enak tapi banyak yang malu.”
Pernah sekelompok kecil mbak-mbak bersantap di kedai. Mereka doyan petai. Karena malu menyebut petai maka mereka bertukar sandi untuk menambah “pete” — dilafalkan “pit” seperti menyebut nama Pete dalam bahasa Inggris, bukan Pete pelawak Srimulat.
Adapun seorang kangmas lelananging jagat, yang tak doyan petai, suatu kali hilang selera ketika wanita incarannya yang sudah tertembak lahap sekali dalam klethas-klethus petai.
“Pasti pipisnya pesing banget. Kalau pipisnya pesing pasti #%&*@#$%$^&*!@###. Huekkkk, nggak asyik, ngerusak suasana romantis,” katanya.
Saya berlagak paham meskipun bingung. Maklumlah saya orang konservatif, tepatnya kurang wawasan. Apa hubungan petai dengan “merusak suasana romantis”?
Kalau soal napas, kata iklan sih ada penangkalnya. Kata ajaran gombal nan basi, tinggal menyantap jengkol, niscaya bau petai enyah. Oh, mungkin wilayah lain, katakankah provinsi daerah istimewa, yang bau pesing sengar sengak lantaran Mas Peter.
Maka saya pun bilang, di Yogya dulu banyak pohon kepel. Konon buah itu kesukaan para putri keraton supaya saluran luar urine wangi. :)
“Apa? Kepel? Hero apa Ranch Market jual nggak? Bisa bikin wangi #*&@!=|?” sergahnya. ;)
“Emang kalo wangi kenapa, kalau pesing kenapa?” tanya saya.
Mungkin dalam rubrik jodoh di koran nanti ada pria yang mengajukan syarat calon istri, “cantik, langsing, putih, tidak berbulu, gemar menabung, hobi bertukang, pandai memasak, berketerampilan montir dan las karbit/listrik, pelatih bela diri, pernah muncul di FHM, pendapatan melebihi pasangan, mandiri, dan tidak doyan petai.”