LAGI DAN LAGI: RUBRIK JODOH DI KORAN.
Ya, ya, ya. Ada saja yang menarik dalam rubrik jodoh di Kompas Minggu. Dari soal pengunduran diri karena sibuk sampai meminta peminat menerima dirinya secara apa adanya (dan ada apanya).
Adakah temuan lagi? Tak ada yang baru. Mungkin malah sudah basi, tapi saya baru menyadarinya tadi, eh kemarin. Itu lho, soal pilihan kata.
Sejauh saya tahu tak ada kata “membutuhkan” atau “memerlukan”. Bisa saja saya salah karena kurang teliti. Maka silakan Anda koreksi.
Pilihan kata yang laku — entahlah, itu asli dari anggota atau hasil olahan editornya — adalah “mendambakan”, “merindukan”, “menantikan”, “mengidamkan”, dan lainnya (tapi bukan “mengincar” maupun “siap menyergap”).
Intinya sih butuh. Tapi bahasa juga menyangkut rasa kan? Mungkin akan seperti iklan baris berisi lowongan kerja jika ada teks “membutuhkan istri” atau “memerlukan suami”. Apalagi kalau ada penyerta “peminat dimohon blablabla…” dan bumbu “walk-in interview tanggal sekian jam sekian…”
Apakah Anda punya sumbangan kata untuk memperkaya diksi rubrik jodoh?