↻ Lama baca < 1 menit ↬

ANDA TERMASUK PEJALAN CEPAT ATAU LAMBAT?

halte busway blok m

Ingatan saya pendek. Saya lupa terhadap kesan saya: seberapa cepat atau lambat langkah orang Jakarta dalam tayangan TV dan film yang diambil tanpa pengarahan, dan disunting secara normal. Iman Brotoseno mungkin punya footage-nya.

Orang sini, meskipun terburu tetap saja santai, kata seseorang. Apa ukuran santai, tanya saya.

Jarang saya melihat orang berlari mengejar waktu, di luar saat mengejar tutupan pintu lift, kata yang lainnya lagi. Dia mestinya menanya Isman the bus chaser.

Dia cantik, kakinya panjang, tapi sayang kalau berjalan pelan, selalu tertinggal, kata seorang pria tentang seorang wanita.

halte busway blok m

Kita bisa bilang lihat dulu kasusnya. Berjalan di mal, trotoar sempit tapi padat, atau di gang gelap? Hal sama berlaku untuk rekaman gambar hidup: kapan, di mana, dalam situasi bagaimana?

Kesan saya, yang sangat bisa salah, orang cenderung tergesa saat turun dari pesawat dan kemudian menyusuri lorong di terminal kedatangan bandara Soekarno-Hatta. Semuanya bergegas. Padahal orang terdepan sering mendapati ban berjalan pengangkut koper itu masih kosong. Mungkin karena walkability terminalnya memang layak.

Kota yang aktif terlihat dari cara berjalan warganya, kata entah siapa, yang pasti gombal, kurang ilmiah, dan asal ucap.

Apa ukuran berjalan cepat atau lambat? Di atas atau di bawah 8-10 km per jamkah? Kenapa harus cepat, kenapa boleh lambat? Uh, banyak tanya. Cukup. Lebih baik beli pedometer Omron di apotek atau Nike + iPod Sports Kit — kalau ada duit. Tapi itu buat menghitung langkah demi kebugaran, kan?

halte busway blok m

Yang berjalan cepat belum tentu sadar apa yang sedang dikejar. Naluriah saja. Yang berjalan lambat, boleh jadi, karena prosesor di benaknya sedang berlari cepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *