↻ Lama baca 2 menit ↬

SIKAP MENDUA YANG AMAN DAN NYAMAN — UNTUK JANGKA PENDEK.

peperone made by rapp

Ternyata 55% bahan baku kertas PT Riau Andalan Pulp & Paper dari kayu alam, bukan dari hutan tanaman industri. Demikian pengakuan produsen kepada polisi, yang diberitakan oleh koran. Artinya, setengah rim dari kemasan kertas cap PaperOne yang kita beli itu bahannya dari penggundulan hutan.

Sebagai konsumen akhir, sikap (sebagian dari) kita, terutama saya, terhadap masalah ini sama. Sepanjang tak merugikan secara langsung kita hanya akan kaget, lalu berkilah, “Mana saya tahu? Saya sih tahunya beli lalu pakai. Lagian di kemasannya kan dibilang anu anu anu…”

Jika menyangkut makanan yang berbahaya bagi tubuh, atau melanggar syariat, kita akan cepat bereaksi, bila perlu mengampanyekan boikot. Dulu, awal 90-an, limbah pabrik permen multinasional T mencemari lingkungan di barat Jakarta, tapi permennya tidak meracuni tubuh, ya kita diam saja. Yang doyan mengonsumsi ya akan terus ngemut dan ngelamut.

Sepanjang tak merugikan kita secara langsung, maka kita akan tenang. Barang elektronik selundupan itu lebih murah, karena yang rugi “cuma” kas negara. Maka sebagai konsumen yang baik dan benar kita tetap akan membelinya. Bagus dan murah, bisa dicicil pula, kenapa dihindari?

Kalau sepatu keren diproduksi dengan memeras buruh, bahkan mempekerjakan anak bawah umur, padahal kalau lagi sale sepatunya didiskon 60%, maka kita boleh abai terhadap masalah ketenagakerjaan — kecuali yang bekerja di sana adalah kita. Murah, stylish, cuma ketinggalan semusim, ya ambil saja.

Kemarin anak saya heran, “Panasonic bikin acara mewah di TV, tapi buruhnya kurang sejahtera. Itu gimana, Pak?”

Sungguh, saya bukan orangtua yang baik karena hanya menanggapi, “Oh, gitu ya?”

Mestinya saya mengajak dia berdiskusi tentang anggaran promosi yang bertujuan meningkatkan penjualan, sehingga kalau produk laku maka ke depannya kesejahteraan buruh juga membaik. Selebihnya adalah berkomunikasi dengan buruh.

Penjelasan itu bisa layak debat dan mudah terpatahkan, bahkan dituding mirip anjuran pejabat Depnaker dan pengurus asosiasi industri. Tetapi kalau ada diskusi dan penyadaran itu mulia kan? Sayang saya tak melakukannya karena, ehm, di sini saya punya dalih bahwa saat itu saya sedang melakukan hal lain.

Dalih bisa benar bisa ngarang. Bunyi dalih pun bisa berubah kalau ada kasus lain, tapi intinya adalah penghindaran dari pelibatan diri ke dalam “soal yang jauh”, dengan tema besar, “Ah, kita kan cuma konsumen biasa. Perusahaan Tbk merugikan masyarakat, sahamnya juga aman tuh — nggak ada sanksi dari para peternak uang.”

Semprul betul saya ini. Saya, bukan Anda.

UPDATE 4/12/08: Hari ini Koran Tempo memuat bantahan RAPP, melalui pengacara Hinca Panjaitan. Isinya: RAPP memakai bahan baku 100% dari hutan tanaman industri. Perihal surat pengakuan Dirut RAPP Rudi Fajar kepada polisi, yang berisi pengakuan tentang 55% bahan baku dari hutan alam, Hinca tak mau menanggapi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *