↻ Lama baca 2 menit ↬

KEBERSAMAAN, PRODUKTIVITAS, KENYAMANAN HATI.

j-co mta jakarta

Saya kira ada demo atau pemogokan, ketika tempo hari melihat orang-orang toko donat bergerombol. Ternyata itu briefing harian. Begitu kata salah seorang donatwan. Menjelang bubar, mereka angkat tangan, lalu “toss!”, seperti mau tanding voli.

Briefing. Santiaji. Senam. Doa bersama. Secara berkala. Itu dilakukan oleh banyak kumpeni. Intinya adalah bagaimana memelihara kebersamaan, memacu semangat kerja, dan mengingatkan komitmen.

Perlukah? Haruskah? Setiap manajemen punya jawaban dan cara untuk memelihara produktivitas. Menjadi masalah ketika kemauan manajemen dan karyawan ternyata tidak klop.

Jenis usaha mungkin juga menentukan sebuah pilihan. Begitu pula mungkin homogenitas maupun heterogenitas karyawan (suku, agama).

Renungan pagi setiap Senin, dengan doa bersama — yang katakanlah “sesuai dengan rubrik keyakinan masing-masing” — belum tentu cocok untuk semua orang.

Senam pagi ala pabrik belum tentu sesuai untuk kantor yang karyawannya datang semaunya, begitu pulang jam kepulangannya (bahkan boleh menginap; tiga hari sekali ada orang binatu datang untuk ambil dan antar pakaian).

Hang out bareng sebulan sekali, belum tentu pas untuk karyawan yang tak suka hura-hura. Bisa-bisa mengundang tanggapan, “Mendingan gue dikasih mentahannya aja deh. Bisa buat anak di rumah. Sampe rumah juga masih sore, nggak perlu pulang pagi dalam keadaan tipsy yang bikin malu sama sopir taksi dan suami.”

Kembali ke paragraf ketiga: perlukah, haruskah? Anda yang lebih layak menjawab.

Jika kita bicara soal pembentuk kebersamaan dalam bekerja, tentu faktornya banyak. Lagi-lagi Anda yang lebih berwenang untuk memaparkan.

Saya hanya akan memberi sebuah cerita gombal. Di sebuah pabrik kata, dua orang bisa jothakan (tak saling bicara) bertahun-tahun, bahkan mungkin sampai pensiun, karena rutinitas — dan keunikan setiap individu — tak memberikan jeda untuk menyelesaikan persoalan.

Dulu, di pabrik kata yang lain, dua orang bisa jothakan bertahun-tahun (salah satu berposisi sebagai atasan), padahal ada pengisian naskah yang melibatkan keduanya. Padahal lagi, belum ada sistem keranjang dalam jaringan komputer. Ada anak buah, sebagai bagian dari sneakers network, yang membawa kertas naskah kepada kedua orang itu. Lembar naskah yang sama. Yang harus dicoreti bergantian. Untuk dibawa ke bagian setting.

Nyatanya produksi tetap berjalan. Soal kenyamanan hati? Entahlah. Oh ya, Anda pasti akan bertanya, “Gimana dong kalau mereka rapat?”polar movie express thetommy boy moviebest porn moviegay black porn movieslesbo black moviesin worn movies clothingmovies free creampieporn movies dailydogfart blacksonblondes moviesmovies download xxx

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *