↻ Lama baca < 1 menit ↬

PADA KE MANA YA PETUGASNYA?

loket jalan tol

Bangunannya masih ada. Tapi tanpa penjaga 24 jam. Itulah loket-loket tol JORR yang tak berfungsi lagi setelah ada tarif baru yang pukul rata itu. Tanpa tiket, jauh-dekat sama saja. Tak perlu transaksi di loket selain loket terakhir.

Loket-loket tol itu sudah ada yang mulai dirobohkan, misalnya yang di depan Kantor Operasional Pasar Rabo, menuju jalan tol Jagorawi ke arah Bogor.

loket jalan tol

Yang dapat giliran awal untuk dirobohkan misalnya loket tol Bambuapus (dekat jembatan nyeni) yang seluruhnya menutup jalan. Bekasnya masih ada, berupa marka dan bidang bergaris, tapi belum saya foto karena saya memang penakut. Jalur itu dilintasi mobil-mobil berkecepatan 120 km/jam.

loket jalan tol

Loket-loket itu juga pernah menjadi tempat interaksi. Ada satu-dua yang saya kenali wajahnya, dan tentu sering saya sapa namanya. Kalau sedang waras, saya memang menyapa penjaga loket tol dan bilang terima kasih. Sebagian besar dari mereka senang jika namanya disebut.

Saya jarang menyapa nama wanita penjaga karena nggak mau disangka sebagai Oom Genit Penggodahawa. Kalau saya menggoda, wanitanya ketakutan, meninggalkan loket dan pencet tombol untuk menutup palang. Bisa macet jalan tol.

loket jalan tol

Lain halnya dengan para penjaga yang no-bra* itu. Kadang saya sempat ngobrol sekilas, terutama kalau lalu lintas sepi, misalnya dini hari. Bahkan pernah saya membangunkan penjaga yang tertidur. Hal sama berulang saat saya berhenti di loket tol Pondokraji Pondokranji sendirian, tengah malam yang sepi, sepulang dari ketemu Totot di Serpong.

“Baru pulang, Pak?” tanya beberapa penjaga loket — tentu tak berbarengan — kalau saya melintas saat sepi, terutama dulu waktu JORR belum pol sampai Cikunir.

Saya tak tahu nasib mereka, anak-anak muda itu, setelah loket-loket ditutup. Ada satu-dua yang ganteng dan stylish, apalagi kalau pagi, saat mengawali tugas, tampak bersih. Istri saya suka.

jembatan penyeberangan bambu apus @ jalan tol JORR

SUDAH TIADA | Loket tol tempat saya berdiri memotret jembatan penyeberangan nyeni ini sekarang sudah tiada. Foto diambil pada 17 Desember 2005 pukul 04.44.24

*) Istilah penjaga loket yang “no-bra” itu saya dapat dari Heru dan Gora, sejawat di kantor zaman dulu. Kalau penjaganya pria, mereka mengeluh, “Yaahhh no-bra!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *