↻ Lama baca < 1 menit ↬

PERIHAL HUBUNGAN MENANTU DAN MERTUA.

buron mertua

Sudah beberapa kali saya mendapati tulisan “Buronan Mertua” pada truk yang berbeda. Aneh, menjadi buron kok mengumumkan diri. Mungkin itu memang guyon para sopir. Kenapa sampai jadi buron, tampaknya tak perlu mereka jelaskan. Biarlah orang lain yang menerka.

Hubungan menantu dan mertua memang bisa diolah menjadi cerita yang kaya warna, termasuk yang anekdoktal. Bisa pula pahit — dan klasik — terutama jika menyangkut hubungan menantu perempuan dengan ibu mertua.

Maka terhadap Adam dan Hawa, orang bisa berganda tafsir. Mungkin mereka bahagia, mungkin pula menderita, justru karena tak punya mertua.

Pahit atau manis, nyatanya toh ada istilah “Pondok Mertua Indah”. Istilah ini muncul sejak tahun 80-an ketika banyak perumahan memakai nama “pondok”.

Kalau hidup bareng mertua sih sudah ada sejak dulu, bahkan ditemui sebagai tradisi beberapa kelompok masyarakat — bukan sebagai keapabolehbuatan, begitulah.

Kompas pernah mengangkat fitur yang menarik soal hubungan mertua dan menantu, terutama soal pondok mertua indah. Moral ceritanya: kalau masing-masing bisa menempatkan diri maka hubungan bisa harmonis.

Tentang calon mertua? Ada saja anekdotnya. Pria maupun wanita punya versi masing-masing.

Untuk pria, misalnya, adalah bermula dari girang berujung pada garing. Girang, karena ayah si cewek menyambut terbuka. Garing, karena setiap kali bertandang si ayah akan mengajak ngobrol lama, klepas-klepus rokok, bahkan mengajak main catur. Ketika dini hari tiba, dan papan catur pun terlipatlah, itu bukan isyarat boleh menginap, tapi harus pulang.

Perihal poligami, seorang teman bilang, “Punya satu bini aja repot. Punya lebih dari satu bini berarti punya sejumlah mertua — dan ipar.”

Soal hubungan menantu perempuan dan ibu mertuanya, satu-dua iklan di TV pernah mengangkatnya. Mungkin para kreatornya belajar dari kasus pribadi.

Adapun menantu sontoloyo tapi kreatif sekaligus oportunistik, adalah yang menganut “mo-15” — lebih kacau daripada “mo-5”. Pelajarilah di sana.

Bonus:
+ Dilema kerinduan sopir
+ Keluhan dan pembenar sopir
+ Donal atau Didi Bebek yang jadi kuli pasir?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *