↻ Lama baca < 1 menit ↬

JENDELA PENGINTIP MOZAIK INDONESIA.

iklan lebaran anlene

Wanita itu bersimpuh dan bergeser lalu bersimpuh lagi, untuk bersujud salam sekalian memohon maaf, kepada likuran kerabat. Hanya raga sentosa yang sanggup melakukannya tanpa penat. Mereka yang mengalami perapuhan tulang akan terganggu saat melakukannya. Lantas pembaca akan tergiring kepada penyimpulan, “Makanya minum Anlene, susu pencegah osteoporosis…”

Pesan yang telanjang? Mentah? Atau ini merupakan konsekuensi dari praktik komunikasi pemasaran saat hari raya, yakni jangan lupakan dagangan, seperti yang dilakukan oleh Levi’s?

iklan lebaran anlene

Memang, Anlene yang menyebut diri “ahli nutrisi untuk tulang” itu tak secara verbal menyatakan anjuran agar khalayak mengonsumsi produknya — toh Levi’s juga tak bilang, “Pakailah ini!” Tetapi begitu melihat iklan Anlene itu rasanya kok mendapatkan sesuatu yang langsung selesai, lalu lupa

Dari segi spirit, cara beriklan saat hari raya ya memang boleh — atau harus — begitu. Jangan lupakan dagangan.

Masalahnya bagaimana mengemasnya, kan? Mungkin Anda, yang bukan orang periklanan, punya gagasan yang lebih segar. Siapa tahu kaumnya Totot dan Enda mau mendengar. :D

Meskipun begitu, iklan-iklan ucapan selamat Lebaran bagi saya tetap menarik. Iklan-iklan yang hanya muncul sekali rentang pajang dalam setahun, kemudian tahun berikutnya sudah berbeda lagi…

Iklan-iklan hari raya itu bagi saya adalah bagian dari potret Indonesia dan pencarian panjang yang melelahkan namun mengasyikkan tentang apa yang disebut “mengindonesia”.

Saya membayangkan bagaimana orang non-Indonesia, bukan muslim pula, dan tak dapat berbahasa Indonesia, akan menyerap sajian iklan-iklan ucapan Lebaran di media cetak.

Jika dia langsung paham, berarti pesan iklan itu kuat. Seperti sejumlah komik asing dan film kartun yang kita nikmati waktu bocah padahal tak paham bahasanya.

Jika dia tak langsung paham tapi penasaran, lantas menanya orang Indonesia apa maksud iklan itu, bagi saya itu berarti sajian iklannya kuat, mengundang rasa ingin tahu. Semoga penjelasan yang dia terima akan membantu memahami sosok Indonesia.

Omong-omong soal iklan ucapan selamat Lebaran, kalau merek sudah kuat mungkin tidak harus berjualan berlebihan. Dua tahun lalu Bank BNI melakukannya dengan bagus…

iklan lebaran bni 2005

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *