↻ Lama baca 2 menit ↬

MASYARAKAT ADALAH SEBUAH BUKU BESAR…

Barusan, siang ini seorang ibu, selagi menyetir, ditabrak sepeda motor nyelonong. Si pengendara jatuh. Pemboncengnya, istri, robek kaki setelah memecahkan lampu kabut mobil si Ibu. Semua orang di tempat kejadian tahu, dan bersaksi, bahwa yang salah adalah si motor.

Bagi Pak Motor, kalau dia menabrak mobil karena pandangannya terhalang mobil-mobil lain yang sedang berhenti di pertigaan, untuk memberi kesempatan mobil yang sedang keluar dari kompleks, maka yang salah adalah si mobil.

Alasannya? “Ya pokoknya gitu Bu, hukumnya.” Hukum yang mana? “Pokoknya ada deh undang-undangnya!”

Lantas Pak Motor mendatangkan anaknya yang serdadu. Untung Bu Mobil dari tadi tenang, hanya mau membatasi soal dengan bapaknya. Bu Mobil juga tenang, tidak mau menunjukkan — apalagi menyerahkan — SIM maupun STNK kepada Pak Motor.

Klasik? Basi? Ya. Maka solusinya juga usang. Mobil harus menanggung penjahitan luka, pengobatan, kasih ongkos Rp 200.000, plus uang jaga-jaga Rp 200.000.

Setelah urusan beres, Pak Motor minta maaf, mengaku salah, menyalami Bu Mobil dan kedua putrinya,sambil berdalih tadi itu dia terburu-buru dan, ehm, “Saya kan emosi, Bu!”

Bagi saya inilah komedi Indonesia. Jalan raya menjadi potret sosial. Bagaimana orang menempatkan hukum tercermin di sana. Juga, bagaimana orang mengaitkan alat transportasi dengan penggolongan sosial dan menentukan cara menyelesaikan masalah, semuanya ada di jalan raya yang menjadi buku hidup sosiologi Indonesia. Di KisFM saya pernah dengar ungkapan menyakitkan dari seorang wanita pemobil, “I hate motor riders!

Pernah mobil kerabat saya ditabrak motor ngebut justru ketika dia sedang berhenti dalam antrean kemacetan. Polisi menjadi saksi karena sedang mengatur lalu-lintas. Motor ringsek. Pemotornya babak belur.

Bagaimana nasib si mobil? Opini di tempat kejadian, dan opini keluarga korban, menyatakan, “Mobil ancur mah gak masalah. Apalagi kalo ikut asuransi. Orang punya mobil tuh pasti kaya.”

Kesimpulan sementara saya: sikap dan perilaku pengendara mobil setelah ditabrak motor atau sepeda akan menentukan panjang-pendeknya masalah.

Kalau dia ngotot, emosional, dan terus menyalahkan penabrak, maka dia akan dianggap jumawa.

Dalam kasus kerabat saya, dia terus menerus diperas, bahkan dengan dukungan polisi saksi dan serdadu kerabat korban. Sebulan lebih urusan baru beres. ATM terus dikeduk. Orang lain, mungkin pilih jalan pintas: ganti melibatkan preman atau serdadu dan polisi yang pangkatnya lebih tinggi.

Saya pernah ditegur seseorang dengan nasihat yang seolah bijak. Saya bilang, ketika saya naik motor (termasuk saat parkir) saya akan sebisanya memperhitungkan kerepotan orang yang menyetir mobil, dan begitu pula sebaliknya. Kalau saya jalan kaki, saya mau hirau keribetan penyetir, dan seterusnya.

Dia bilang, “Kalo kamu naik motor ya berpikirlah sebagai pengendara motor. Kalo naik mobil, ya pikirin aja mobilmu. Rumit amat sih jadi orang?”

Dia dulu adalah penunggang motor yang suka ugal-ugalan. Ketika punya mobil dia jarang naik brompit, dan suka memaki-maki penunggang motor.

Ah ini kayak nasihat seseorang yang berbau menyalahkan dalam soal lain.

Menurutnya, “Lu tuh aneh, kenapa balik nanya kalo gue jadi pengusaha bakal ambil tindakan gimana. Buat gue, kalo di-PHK yang harus marah soalnya gue kan bukan majikan. Selama kita jadi pegawai ya berpikirlah sebagai pegawai, jangan sok berempati jadi direktur. Itu fair, bukan mau menangnya sendiri!”

Dia lagi belajar jadi pengusaha. Misalkan suatu saat (maaf, semoga tidak) dia harus menutup kumpeninya lalu memecat pegawainya, apa yang akan dia katakan kalau pegawainya rewel padahal dia sudah merasa memberi lebih?

Dia sudah punya jawaban dini, “Gue bakal mikir sebagai employer dong! Lu tuh kayaknya aneh deh!”

Baiklah kawan-kawan. Saya akan belajar jadi orang normal, yang nggak aneh, dan nggak rumit, karena itulah yang fair. :Pamature creampie teenhymen hairynude pics underageone hentai comic pieceinterracial grou sexafrican peeing girlpussy preeteenclose up creampiecolombianas amateurhuge swollen clit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *