↻ Lama baca < 1 menit ↬

SEBUAH KEPINGAN POTRET ENDONESAH…

bus way jakartaBarry dan kemudian Priyadi sudah mengusulkan cara menertibkan lajur khusus bus melalui upaya pemaksa.

Yah, itulah yang berlangsung: lajur khusus bus Transjakarta akhirnya dilintasi semua kendaraan.

Saya pun pernah ikut memanfaatkannya karena… diarahkan oleh polisiwan lalu-lintas dan lain kali oleh petugas Dishub. Kemarin saya masuk ke bus way karena disuruh oleh satpam Mangga Dua Square. Polisi diam saja.

Di mana pangkal masalah? Kita bisa menuding low enforcement, dan bukan law enforcement. Dasar republik lembek, apa pun bisa dikompromikan. Apa yang dilarang akan dilanggar — dan dibiarkan.

Baiklah, kita amini saja soal itu. Meskipun begitu saya ingin menyoal hal lain. Maaf tanpa merujuk data untuk memperkuat perbandingan, tapi saya mendapat kesan jumlah bus pengisi lajur khusus itu belum memadai. Ada lajur yang belum tentu dilintasi Transjakarta delapan menit sekali, misalnya trayek padat Kampung Rambutan – Kampung Melayu.

Yang sering saya lihat adalah lajur yang nganggur, padahal lajur lain sudah berjejal. Satu lajur dibangun dengan ongkos mahal, tapi tak termanfaatkan secara optimal, lantas buat apa?

Saya teringat usul seorang sopir taksi di blog lawas saya dua tahun lalu. Bus way, sesuai namanya, menurut Bang Taksi sebaiknya untuk semua bus dan hanya boleh berhenti sejenak di halte.

Tapi, huh, siapa yang akan mengontrol? Polisi saja tak berdaya menghadapi mikrolet M9 dan M11 yang keluar dari dari lajur berbarikade di mulut pertigaan Jalan Palmerah Utara – Slipi, Jakarta Barat. Barisan mikrolet semprul itu enak saja ngetem, menyita tiga lajur.

Bayangkan jika segala jenis angkutan umum dicemplungkan ke lajur khusus. Satu saja ngetem, buntutnya bisa lima kilometer. Berbahagialah wahai kaum yang kuat menahan kebelet pipisnya berjam-jam.

Kalau itu terjadi, kredit mobil pribadi akan semakin bersahabat. Jalanan kian berjejal. Parkir makin sesak (dan mahal). Polusi naik berlipat. Sebagian besar upah habis buat beli bensin dan merawat mobil (termasuk asuransi) — dan juga buat bayar joki 3-in-1.

So? Jangan hanya menambah bus way. Lipat gandakan juga armadanya. Undanglah konsorsium lain yang lebih sehat untuk memanfaatkan konsesi bus way.

bus way jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *