Kembang Lelaki

▒ Lama baca < 1 menit

LELAKI BUAYA KEMBANG, BUSYET EH ASYIK!

bunga kemboja di rumahkuSaya memang ndesit, kurang berbudaya, tidak bisa ikut tren. Maka ketika tadi tahu bahwa kemboja di pot itu berbunga saya cuma senang. Tidak bisa mengapresiasi lebih. Sudah sepantasnya dia berbunga. Lantas apa hubungannya dengan tren?

Makin banyak pria, tepatnya kaum bapak, yang suka bunga. Suka dalam arti ikut memilih bibit, menanamnya, merawatnya, menyilangkannya, aktif mendiskusikannya di segala kesempatan, bahkan… membisniskannya!

Tahun lalu ketika orang-orang bicara aglaonema berharga jutaan rupiah, bengonglah saya. Bengong karena tak tahu bunga yang dimaksud. Bengong, kalau misalkan terbukti lebih mahal — dan lebih menguntungkan — ketimbang daun surga eks-sitaan. “Per helai daun, Mas,” kata seseorang tentang harga.

Ketika diajak omong soal anthurium, saya tetap bengong. Dulu aglaonema saya kira sebangsa megalomania. Mungkin anthurium sejenis sanatorium.

Bagi kaum istri, hobi baru para suami ini jelas lebih bermanfaat — dan aman — ketimbang mereka mengurusi kembang-kembang jenis lain yang konon lebih banyak mudaratnya.

Tentu, ada juga pria penyayang kembang karena bawaan, bukan akibat pergaulan. Kerabat saya yang hobi ikan dan burung juga bertangan dingin mengurusi tanaman. Bedanya, tanamannya lebih sering direlakan kepada tetamu.

Ada juga pemanfaat tren. Seorang opisboi sebuah penerbitan bisa bilang pendapatannya melebihi manajer hanya dari berbisnis tanaman hias. Dia sewa tanah untuk kebun, punya belasan anak buah, termasuk sepuluhan pengedar tanaman pot dengan gerobaknya.

Yang berskala lebih gede, dan lebih modern, juga ada. Misalnya Kurniawan Junaedhie. Sastrawan dan wartawan (terakhir memimpin majalah Tiara) yang dulu termasuk pelopor jualan kiriman bunga (dan rokok?) di internet itu sekarang aktif di Toekang Keboen.

Seseorang menganjuri saya, eh menganjurkan kepada saya, untuk berbisnis tanaman hias. Sayang, saya buta tanaman hias, lagi pula tak bertangan dingin. Mengurusi kembang yang lain? Taruh kata tangan saya dingin, hati istri saya yang panas.

Tinggalkan Balasan