Album Foto Life

▒ Lama baca 2 menit

SATU DARI SEJUMLAH. INDONESIA HARUS PUNYA.

foto pembunuhan JFKGambar kabur itu muncul lagi. Gambar terkenal dari rekaman kamera film 8 mm Abraham Zapruder. JFK roboh tertembak di atas mobilnya. Menjadi menarik karena foto kabur yang bersejarah itu dikemas sebagai pengingat. Setelah Zapruder, seterusnya adalah proses kerja jurnalistik (dan penyidikan, dan bumbu politik, dan segala teori persengkongkolan).

Majalah Life segera mengirim editor muda Dick Stolley ke Dallas. Tengah malam Stolley mendapatkan nomor telepon Zapruder. Paginya Stolley sudah mendapatkan hak cetak atas film itu. Lantas Life menyajikannya sebagai sekuens 31 bingkai.

Kapankah itu terjadi? Ehm, sialan. Buku ini tak menyebut tanggal dan tahun. Semua orang dianggap tahu. Editornya sok yakin ingatan semua orang (tepatnya: orang Amrik) masih bagus dan pengetahuan umumnya memadai. Padahal media cetak tak punya hyperlinks.

Ini seperti majalah gaya hidup (wanita) dengan rubrik foto dari pesta ke pesta. Cuma mencantumkan nama. Pembaca yang tak tahu apa dan siapa wajah socialité berarti ndesit, bukan bagian dari khalayak pesta, terasing dari gosip urban. Tabloid sepakbola lebih sopan: masih memberikan keterangan siapa David Beckham dalam beritanya.

Maka ketika menyimak salah satu buku bergambar Life yang resminya hanya dipajang sampai 5 Februari 2007 ini (American newstands ‘kali ya…), sejak awal kita harus sudah tahu diri. Bagaimanapun ini tentang Amerika. Atau dunia menurut Amerika yang dibidik oleh Life.

Artinya kita kudu maklum jika mendapatkan foto yang amat berjarak. Misalnya laga sepakbola Amrik dan baseball. Tentu, jarak ini bukan semata geografis melainkan juga psikologis. Terhadap basket dan tinju kita tak merasa terlalu berjarak.

So, layakkah buku ini dimiliki? Bagi saya antara ya dan tidak. Ya, jika kita ingin mendapatkan salah satu dokumentasi dari jurnalistik — tepatnya jurnalistik foto — ala Life. Tidak, jika kita enggan buang uang.

Dari kotak “ya”, saya lebih terkesan oleh riwayat Life. Majalah ini bergengsi, sempat menjadi ikon, sehingga produk Time-Life menjadi andalan. Tapi secara bisnis majalah ini mengalami pasang-surut. Sekarang nasibnya menjadi bacaan akhir pekan belaka. Itu pun sebagai sisipan gratis melalui sejumlah koran.

Majalah gratis bukan sesuatu yang remeh apalagi nista. Konsumen malah suka. Bedanya, saat menjadi majalah yang dijual tersendiri, pembelinya adalah yang mereka yang butuh, bahkan menantikannya. Bukan majalah sebagai bonus yang tergeletak di depan pintu.

Majalah foto. Majalah berita foto. Ongkos produksinya mahal — kecuali semua foto tak dibayar. Tapi mereka makin terpinggirkan ketika TV kian berjaya dan internet menjadi raja. Juga jangan lupa, koran pun akhirnya kian memajalah — antara lain juga untuk menghadapi TV dan internet.

Butuh seleksi ketat bagi majalah berita foto agar peristiwa yang terbekukan sebagai gambar, tapi dihadirkan sangat terlambat karena mengikuti jadwal terbit, masih terasa bernilai di tangan pembaca.

Dari sebabak masa lampau, berkurun 70 tahun, kita mendapatkan kepingan cerita bersejarah melalui foto berita. Dari 70 tahun itu tak semuanya foto superlawas. Peristiwa 11 September 2001 juga dihadirkan. Rasanya belum lama itu berlalu, karena terpaan media yang menyergap benak kita saat itu sangat kencang. Maklumlah, magnitude peristiwanya memang amat sangat kuat.

Sebuah album gambar diam telah disodorkan oleh Life, dalam zaman yang sudah berbeda. Siapa sponsor buku ini sudah membuktikan. Sampul luar-belakang berisi iklan printer Epson. Sampul depannya ditempeli stiker Epson.

Epson bukan pemain lama fotografi; tak setua Kodak, Ilford, Contax maupun Canon dan Nikon. Tapi inilah zaman imaji digital. Fotografi bukan lagi urusan para tuan berjiwa petualang yang alatnya tak dimiliki orang kebanyakan. Life pun menyajikan foto di sini dan sana.

Kita tunggu buku foto jurnalistik tentang Indonesia menurut mata Ipphos, Tempo, dan Kompas. Harus murah — tapi bagus.

Oh ya, apa tadi? Ipphos? Entahlah bagaimana nasib ribuan foto dan film negatifnya sekarang.

JUDUL: 70 Years of Extraordinary Photography • PENERBIT: Life Books, New York, November 2006 • TEBAL: 144 halaman • HARGA: Rp 135.000 (soft cover edition)

Tinggalkan Balasan