CINTA KANDAS LANTARAN PAK POS.
Di rumah yang sekarang, kotak surat saya nganggur. Pengisi lama, misalnya loper koran dan pembagi brosur toko, tetap main lempar. Mereka malas turun dari sepeda atau motornya.
Bagaimana dengan Pak Pos? Makin jarang tukang pos datang. Surat-surat rutin diantar oleh kurir yang meminta tanda terima.
Dulu, waktu masih bocah, saya menugasi diri untuk memeriksa kotak surat yang setiap hari terisi oleh kiriman buat Bapak. Isinya surat, majalah, koran (via pos), brosur dan segala barang cetakan. Hanya pengantar surat kilat khusus dan paket yang memencet bel untuk dilayani.
Dulu setiap hari ada surat karena belum ada e-mail dan SMS. Saking seringnya, kantor pos selalu bisa menyampaikan surat untuk Bapak meskipun alamatnya salah, bahkan tanpa alamat. Menjelang Natal adalah saat kotak surat cepat penuh.
Kemarin pagi, ketika melewati sebuah rumah baru yang desainnya oke, saya dan istri saya terkesan oleh satu hal. Ada kotak surat. Masih baru. Tapi posisinya tinggi banget. Hanya orang setinggi 170 cm ke atas yang tangannya bisa menggapai mulut kotak untuk mencemplungkan surat.
Agaknya si pemilik rumah sedang menggelar humor untuk publik. Ditaruh rendah, sesuai antropometri rata-rata orang Indonesia, toh tak akan mengundang pencemplungan. Lebih baik ditaruh tinggi sekalian. Bukankah sekarang zamannya main lempar kiriman? Bila perlu tabung gas dan galon air minum pun dilemparkan. :D
Kantor-kantor pos di kota besar mulai menyepi. Kantor Besar di Pasar Baru Jakarta tak membuka loket pada Sabtu dan Minggu. Kantor pos setingkat cabang di dekat saya tak buka sore hari. Jangan-jangan sekarang ini orang butuh kantor pos (dan prangko) hanya untuk mengirim surat lamaran pekerjaan dan kartu pos kuis.
Siang ini saya baca e-mail. Berisi ucapan terima kasih atas kartu yang saya kirimkan menjelang Lebaran. Si penerima mengucap salut, menganggap saya bikin terobosan, mengirim kartu Lebaran sekaligus kartu ucapan Idul Adha.
Ah masih lebih untung saya bila dibanding seorang cowok dalam komik Lucky Luke. Dia mengirim surat cinta untuk cewek pujaan, pada era go west di Amrik yang belum mengenal “kawat bernyanyi”. Bertahun-tahun kemudian surat baru sampai, diterima oleh anak dari si cewek impian. “Mama ada surat…!”
Kasih tak sampai lantaran keterbatasan Kantor Pos…
NB:
Namanya juga selera. Dulu orang membeli kotak surat “ala Amrik” untuk oleh-oleh. Sekarang beberapa toko di Jabodetabek sudah menjual kotak “berbendera” itu.