Gajinya sih Tiga Koma…

▒ Lama baca < 1 menit

ADA CARA KUNO AGAR KARYAWAN TENANG.

koin 1.000 dan 50 rupiahGaji tiga koma sekian itu artinya gajiannya tanggal 28, tapi begitu memasuki tanggal tiga bulan berikutnya kas si penerima gaji sudah koma.

Pagi ini saya menemukan renungan di Jalan Sunyi. Soal utang dan kerelaan kita.

Tadi malam saya ditelepon petugas bank. Dia menawarkan pinjaman “berbunga kompetitif”. Biasa, kalau terlalu banyak pegang duit maka bank akan cari akal untuk memutar uang. Kalau kita menutup utang sebelum waktunya malah kena penalti.

Dua hari lalu saya membayar utang kepada teman. Utang tanpa bunga, tanpa jatuh tempo, malah kayaknya saya boleh berlagak lupa. Selesai melunasi, saya dikasih CD baru yang dia pesan dari Amazon. Bahkan kalau saya mau, boleh menyalin koleksi lagu di hard disk-nya. Itu lagu-lagu yang CD-nya belum tentu ada di toko sini. Selalu ada orang baik di dunia ini.

Masih menyangkut uang, kemarin petang saya mendapat wejangan dari seorang petinggi sebuah kumpeni. Intinya, kumpeninya tak ingin mengincrit-incrit uang. Makanya uang ekstra tiga bulanan — yang oleh sementara orang disebut sebagai “uang laki” — dicicilkan ke dalam gaji bulanan.

Alasannya, zaman sudah berbeda, orang makin bijak mengelola duit, sehingga tak perlu diproteksi berlebihan.

Apa tadi, proteksi? Ya. Pendiri kumpeni itu dulu dikenal suka kasih duit sekadarnya, agar karyawan bisa bekerja tenang karena selalu punya uang, bahkan pada tanggal tanggung.

Makanya di kumpeni itu dulu uang makan dibayarkan mingguan. Bahkan sempat ada uang payung untuk musim hujan, ada uang telur dan uang susu (pada masa susah). Tunjangan cuti dibayarkan sebelum atau sesudah cuti.

Pembagian uang (tunai pula), dengan karyawan yang terus bertambah, pastilah merepotkan bagian keuangan. Maka semua uang “di luar gaji” — termasuk yang nilainya setara gaji pokok — akhirnya masuk paket bulanan.

Lebih praktis, kan? Tapi bagi orang tertentu itu “nggak kerasa”. Ada yang mengeluh, gaji jadi lebih gede tapi tersedot ke kas domestik. Nggak ada ganjal dompet yang bisa diharapkan setelah gajian, kata yang lain.

Mencari uang, kata orang, itu soal biasa. Bagaimana menghabiskannya, itulah seni. Jangan-jangan sebagian besar dari kita adalah seniman yang terampil berakrobat dalam arus kas pribadi.

Money, its a gas. Grab that cash with both hands and make a stash. Itu kata Pink Floyd dalam lagu Money, jauh hari sebelum grup itu sempat terdaftar sebagai artis terkaya oleh Forbes.

Tinggalkan Balasan