Jakarta itu Luas, Sayang

▒ Lama baca < 1 menit

APAKAH ANDA BISA JADI KURIR?

lowongan kurir

Lowongan di iklan baris Kompas ini sederhana. Tak menuntut syarat berat. Asal punya SIM C, punya sepeda motor (lho mestinya disediakan oleh juragan), dan kenal jalan — termasuk jalan tikus — pasti bisa jadi kurir.

Eits, nanti dulu. Bukan jaminan bahwa orang “asli” Jakarta mengenal kota ini dengan baik. Apa lagi jika mencakup the Greater Jakarta atawa Jabodetabek yang terlalu luas. Tak semua orang pernah mendengar — apa lagi merambah — Rawabebek dan Rorotan.

Saya sekeluarga pernah makan di sebuah kedai masakan cina di Pancoran, Glodok, Jakarta Kota. Sang pemilik kedai menanyakan tempat tinggal kami. Tapi ketika mendengar jawaban saya dia bingung, “Hah? Apaan tadi? Di mana itu?”

Bahwa kelurahan saya tidak terkenal, memang iya. Kecamatan saya pun belum pernah dia dengar. Namanya juga Jakarta pascacoret — ya, saya tinggal di Jawa Barat.

Tapi ketika saya memakai tetenger atau landmark terdekat dari Jakarta — sekaligus terjauh dari rumah saya — dia tetap tak paham. Dia lebih tahu Bogor atau Bandung sekalian. Yah, bukan salah dia.

Kalau tak ada alasan dan tanpa kepentingan — kecuali memang iseng ingin menghabiskan bensin dan menambah angka odometer — sebagian warga kurang mengenal wilayah tertentu di Jabodetabek.

Maka saya sungguh takjub — meskipun mulanya jengkel — ketika memandu sopir taksi abal-abal dari Monas ke Palmerah. Dia tak tahu Jalan Thamrin, Jalan Sudirman, Jembatan Semanggi, Gedung MPR/DPR, TVRI, dan Gelora (waktu itu) Senayan.

Selama itu dia hanya mendengar nama-nama yang saya sebut. Dia belum pernah melintasinya. “Baru tiga hari saya di Jakarta, Bang,” katanya, dengan logat Batak. Bah! Berani kali, kau!

Kembali kepada lowongan kurir tadi ya. Taruh kata si pelamar hapal kota, bisa baca peta, bahkan dibekali GPS, ada satu kendala yang akan dihadapinya sebagai pemain baru: penomoran rumah di Jabodetabek ini kacau.

Nomor rumah tak urut dan tak konsisten, bahkan bisa kembar. Sudah begitu tak semua kompleks ruko memasang papan nama, padahal kartu nama penghuni ruko menyebutkan nama kompleksnya.

Itu belum ditambah labirin yang tercipta di banyak kompleks perumahan atas nama keamanan. Banyak jalan masuk di blok tertentu yang dipalang. Bisa masuk belum tentu bisa keluar. Hidup kurir!

Tinggalkan Balasan