KALAU SEKADAR UNTUK MENAMBAH KOLEKSI BUKU (DAN CD), TAK APALAH.
Inilah kesalahan saya. Malam gerah ini, pada Lebaran hari pertama, saya bukannya minum kopi seperti yang dianjurkan penerbit, tapi malah minum seteguk Pepsi dingin. Sehabis main lempar-tangkap handuk dengan kedua anak saya, berlompatan dan berkejaran, rasanya kurang enak untuk ngopi.
Dan inilah akibatnya: sebelas cerita pendek tak saya pahami maksudnya. Ini tak ada hubungannya dengan keterangan di halaman judul yang menyebut “sebuah novel karya…”
Kesalahan saya berikutnya saya temukan setelah selesai membaca. Paragraf terakhir penutup bilang, “Pada akhirnya proyek ini dapat menambah ragam karya wacana literatur urban, yang kini kian variatif, maju dan kaya.”
Pasti buku gotong royong — bahasa ndesit untuk kolaborasi — tiga orang itu bukan untuk saya. Mengklaim diri sebagai proyek Audio-Literatur-Visual (betul, semuanya berawalan kapital), penyusunnya percaya kepada “musik sebagai inspirasi”.
Musik? Baiklah saya bicara sebagai konsumen yang membeli karena terkesan oleh kemasan. Buku ini disertai CD berisi 11 lagu.
Beberapa hari lalu, sebelum membaca bukunya, saya putar CD-nya. Kesan yang saya dapat adalah penghuni kamar sebelah yang memetik gitar dan bernyanyi untuk menjemput kantuk. Andaikan sebuah stasiun radio memutar kesebelas lagu itu, maka pendengar akan menyimpulkan itu siaran percobaan atau pancaran stasiun gelap.
Hah, gelap. Ya, gelap. Lagu dan teks sama gelapnya bagi saya. Akibatnya saya terformat, menganggap ilustrasinya juga gelap.
Gagasan gelap dengan penuangan yang membingungkan memang tak ada yang melarang. Anjing piaraan menyetubuhi cewek SMA secara doggy. Orang membajak stasiun TV untuk bunuh diri (yang ini asyik juga sih). Lelaki mati tertabrak saat menyeberang mengambilkan CD musik.
Ah, masa sih tidak ada yang saya peroleh? Ada dong. Tentang letupan di benak yang dituang secara merdeka seperti terjadi pada beberapa blog. Sebuah curah yang personal, tapi orang lain dipersilakan menyerap.
Saya tidak bisa bilang karya kolaboratif ini bagus, jelek, atau biasa. Aneh (tapi kurang asyik), mungkin lebih cocok. Selebihnya adalah kesalahan saya yang memang kurang literer.