NAMA PERGURUAN TENAR DIHARAP MEMBAWA BERKAH.
Ada bimbingan belajar yang mencomot nama “Salemba”, padahal markas kampus tujuan sudah pindah ke Depok. Ada yang memakai kata “Ganesha”, dan-atau logo gajah duduk. Malah ada yang memakai kata “Gama”, padahal perguruan tinggi yang dirujuk tak dijuluki lagi dengan kata itu.
Nggak soal. Namanya juga usaha. Kalau kampus domestik kurang keren, kampus luar negeri juga bisa dicomot untuk nama kursus. Misalnya “Oxford” dan “Cambridge”.
Belum terbayang apakah akan ada yang bikin kursus dengan label “Carnegie Mellon”. Kata kedua, yang di kuping dan lafal awam mengesankan sebagai buah, mestinya membawa kesegaran.
Tentu kemudahan pengucapan juga perlu. Mengusung nama “Sorbonne” bisa merepotkan. Kalau kurang akrab di kuping penanya bisa disangka kursus menjahit sorban.
Pakai nama “Urbana-Champaign”, tanpa kata susah “Illinois”, bagi pemabuk kelas cap tikus bisa dikira kursus bartender — lengkap dengan juggling botol minuman.
CATATAN:
Bahasa Indonesia (KBBI, KUBI maupun KPBI-G) mengakui kata “alumni” (jamak) dan “alumnus” (tunggal), tapi tak kenal “alumna” (tunggal, wanita) dan “alumnae” (jamak, wanita). Media cenderung pakai “alumni”, biar gampang. :D