↻ Lama baca < 1 menit ↬

DARI PAMAN UNTUK KEPONAKAN… :)

tas dokter hewanHari ini keponakan saya genap 25 tahun. Sudah besar, eh sudah dewasa, anak mbakyu saya itu. Dia tambah usia, saya (tentu saja) kian menua.

Saya teringat masa kecilnya yang lucu. Ketika mengenal gunting, dia menemukan keasyikan: ada saja yang bisa dipotong.

Suatu hari bapak saya — ya, mbah kakungnya dia — asyik mengetik. Keponakan saya mengendap di belakang kursi Mbah Kakung lantas…. memotong-motong bagian belakang kemeja mbah kakungnya yang lagi konsentrasi. Hasilnya adalah baju funky penuh rumbai-rumbai.

Setelah sekolah di TK dia tak tahan melihat kekuranglengkapan gambar. Pesawat TV di rumah kami tiba-tiba ditempeli potongan kertas bergambar sepasang kaki, hasil karya dia sendiri.

Saat siaran berita TVRI menampilkan peraga bahasa isyarat di kanan bawah layar, maka si peraga sudah berkaki, bukan setengah badan lagi.

Salah satu sajian TV yang dia sukai adalah lawak. Maka ketika dulu saya tanya apa cita-citanya, jawabannya: “Jadi pelawak.” Saya ingat dia dulu menyukai Doyok Sudarmaji, pelawak yang konon kabarnya gendut tambun tapi akhirnya mengempis itu.

Kegemaran menggambar terus meningkat. Saat SD dia sudah menerima pesanan gambar dari teman-temannya dengan imbalan sekadarnya. Lumayan, bisa buat beli permen.

Dia senang menggambar. Dia suka binatang (masih rada vegetarian nggak sih?), makanya waktu dia kecil girang sekali saya ajak ke pasar hewan melihat sapi dan kambing. Setamat SMA dia kuliah di kedokteran hewan dan seni rupa. Tentu saja pengaturan waktu praktikum dan tugas studio menjadi susah.

Akhirnya dia memilih kedokteran hewan. Selama kuliah dia beberapa kali bikin komik, pernah dimuat di Cinemags .

Setelah menjadi dokter hewan dia masih menggambar komik dan animasi. Sekarang dia ngeblog, menyusul adiknya yang duluan ngeblog dengan tema utama anime.

Saya tahu dia punya blog justru dari orang lain yang menanya, “Ponakanmu yang dokter khewan itu juga ngeblog ya?”

Blognya punya fungsi terapetik. Tepatnya terapi untuk dirinya sendiri, bukan pasien. Selamat ulang tahun, Tito!

* Lho, tadi dalam judul dibilang si Slamet ultah. Gimana sih?

© Foto: Fancy Dress Costume Shop

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *