Setiap melewati gardu jaga di pinggir sungai itu, saat hari masih terang, saya tak pernah memperhatikan bahwa kap lampu di sana memanfaatkan galon bekas pakai. Setelah malam sebelumnya saya merasakan kehadiran lampu galon, esoknya saya memperhatikannya. Ternyata bohlamnya tertancap miring.
Ah, tak soal bohlam miring sepanjang aman karena mestinya galon dapat menjadi tudung yang kokoh saat hujan mengguyur. Ada yang lebih penting yaitu kreativitas memanfaatkan barang bekas. Karena hal itu berarti menunda galon menjadi sampah.
Dalam swakriya atau do-it-yourself, persoalan utama adalah lebih mahal mana antara membeli barang jadi dan membuat hasta karya — kalau prakarya itu mestinya berarti belum jadi. Dalam kasus galon, saya berpengandaian lebih murah swakriya.
Tentu dalam praktik bisa saja seseorang mampu membeli barang jadi, apalagi lokapasar memberikan banyak pilihan, namun orang kreatif sering penasaran membuat hasta karya. Ada kepuasan yang belum tentu mereka banggakan kepada orang lain. Ada yang berpendapat hal ini menyangkut ego.