Menonton debat rakyat biasa itu menarik. Bukankah itu debat kusir? Halah debat di stasiun televisi yang ada di YouTube juga bisa berisi debat kusir, padahal isinya orang berpendidikan tinggi — bukan tinggi di kasur dalam bahasa Jawa. Sebenarnya istilah debat kusir itu menghina kusir.
“Kalo MBG prei dulu, gimana dong anak-anak? Nggak dapet makan gratis lagi,” kata Bu Minah Abang di warung sayur Wak Samsu.
“Sebelumnya juga nggak dapet makan, Bu. Lagian cucu Bu Minah kan di sekolah swasta. MBG juga nggak nambah jualan saya lebih laku,” kata Wak Samsu.
“Ya prei kan cuma sebulan, buat dibahas masalahnya di mana lalu nyari solusi. Nggak problem,” kata Bu Edi Gombloh.
“Lah kalo dapur prei, kesian keponakan suami saya, nggak kerja,” kata Bu Toto Saniter.
“Repot dah, kalo MBG prei, duit bekal harian bakal nambah. Ya kan, Oom Kam?” kata Wak Samsu.
Kamso yang sedari tadi diam karena cuma mau beli tahu, tempe, dan lengkuas, sambil menguap bilang, “Halah hampang hitu… Hohahem…”
“Gampang gimana Oom?” tanya Bu Minah.
“Kan dana udah disiapin pemerintah? Satu anak sepuluh ribu. Nah, duit itu dikasih ke emak-emak, dikalikan enam buat seminggu, dipake masak. Lantas guru tunggal ngontrol, semua anak harus bawa bekal,” kata Kamso.
“Kalo perlu minta tolong wapres buat sidak, buka tas murid sekolah, ada kotak ransum apa nggak. Hihihihi…” timpal Bu Edi.
5 Comments
Jijai bajai ih buka2 tas siswi..
Btw salam buat Bu Toto Saniter. Bagus sekali namanya, mengingatkan saya pada sesuatu, Bang Paman 😂
Mungkin gak ada yang ajarin pekerti. Bu Toto Saniter penggemar band Toto 😂
Banyak program pemerintah yang mengalokasikan dana besar tapi tidak tepat sasaran, salah satunya MBG ini. Akan ada yang berdampak tapi akan lebih baik kalo pengalokasiannya ke program yang lebih jelas operasional dan pengawasannya :D
Banyak sekali program pemerintah yang mengalokasikan dana besar tapi tidak tepat sasaran, salah satunya MBG ini. Akan ada yang berdampak tapi akan lebih baik kalo pengalokasiannya ke program yang lebih jelas operasional dan pengawasannya :D
Salah satu penyebab adalah populisme dengan pelaksanaan tergesa-gesa karena janji kampanye harus terwujud dalam lima tahun. Di sisi lain tak ada road map dari setiap presiden sampai bupati karena berpeluang akan dihapus oleh penggantinya. Kalau MBG adalah road map matang, yang akan melakukan adalah presiden mendatang, terutama kompetitor.
MBG ini memang aneh, karena mengambil anggaran pendidikan dan pos lain. Untuk pendidikan tinggi juga ada hal aneh, sejak dulu ada alokasi untuk kementerian dan lembaga, termasuk biaya lolakarya dan kursus upgrading pegawai. Maka dana untuk universitas cekak.