Misalnya di kampung Anda ada warga bernama Hasan Nasbi. Dia menerima paket berisi baju bekas tidak layak pakai, sudah kotor, bau amis, dan compang-camping.
Karena tegar, dia meledek pengirim baju dengan menghibur diri, “Lumayan, bisa dicuci lagi, ditambal, ditisik, buat selfie, entar jadi foto profil di medsos.”
Lalu Anda sebagai anggota staf kantor kelurahan diminta menanggapi kasus tadi, mewakili Pak Lurah. Maka Anda menjawab, “Ya, sana buat selfie. Lumayan, kan?”
Ada persoalan kontekstual. Ucapan penerima baju itu adalah pelipur diri — dalam bahasa Jawa juga sekaligus nglulu. Adapun ucapan Anda sangat boleh ditafsirkan nyukurin, nirempati, apa pun pembelaan diri Anda.
Entahlah apa kata Anda setelah warga tersebut menerima kiriman bangkai tikus tanpa kepala.
2 Comments
Pernah jadi wartawan, pernah jadi teman Ahok, tapi kayaknya masih kaget ujug-ujug jadi pejabat, Bang Paman. Mungkin benar kata orang, kekuasaan bisa membutakan.
Mungkin dia pun pangling dengan dirinya sendiri.