Juadah yang bukan haram jadah

Juadah kalah dari wajik dan terlebih lemper. Kalah enak. Toko kue modern tak punya juadah. Tapi Sukab doyan.

▒ Lama baca 2 menit

Jadah dan tahu bakso buat pembuka pagi — Blogombal.com

Pagi tadi istri saya membeli sepotong juadah dari Mbakyu Sayur yang berjualan keliling. Juadah itu dibungkus gulungan daun pisang, panjangnya tak sampai sejengkal rentang jari saya, harganya Rp7.000. Lumayan, memang sih kurang gurih karena tak melibatkan santan. Saya santap juadah itu bersama tahu bakso hantaran sembari ngopi. Nikmat juga.

Juadah, atau jadah menurut lidah wong Jawa, adalah penganan tradisional berbahan ketan. Saya ingat, saat masih bocah jika diajak orangtua menghadiri perhelatan di desa pasti ada suguhan juadah, wajik, jenang, dan krasikan. Sampai saya SMP setiap kali diundang ke sebuah acara di desa pasti ada jadah et al. Dalam pergelaran wayang kulit, penganan yang itu juga terhidang.

Ketika saya SMA, hidangan perhelatan di desa berubah. Roti dan kue kering, apalagi saat Lebaran, menjadi pengganti jadah tetapi kue basah seperti nagasari masih ada. Lemper juga. Bagi sahibulbait lebih praktis, tinggal beli. Tak perlu mengerahkan kegiatan réwang, atau kerja komunal warga, untuk membuat penganan. Lebih baik energi kolektif dan sosial dimanfaatkan untuk memasak makanan besar, misalnya opor dan sambal goreng ati.

Tentu juadah dan rombongannya tak punah. Di toko kue masih ada, sebagian dari merupakan hasil kulakan di pasar subuh — sebutan untuk pasar kue basah, biasanya mulai ramai pukul dua dini hari, seperti di Pasar Senen, Jakpus. Pada medio 1980-an, tiga bulan saya di desa selalu mendapati hidangan dalam menjamu tamu dari kabupaten berupa roti dan kue yang dibeli di pasar eks kawedanan. Tak ada wajik maupun juadah dan krasikan.

Jadah dan tahu bakso buat pembuka pagi — Blogombal.com

Kalau wajik, di toko kue macam Le Gourmet, Monami, dan Holland Bakery di Jakarta sering ada. Wajik termasuk penganan yang disukai dalam jajanan pasar hidangan rapat perkantoran — yang warna jambon saya juga suka. Para sekretaris sudah hafal.

Untuk juadah, sajian paling sip adalah cara wong Yoja: tempe bacem goreng basah dijepit juadah. Di eks Pasar Sapi Salatiga, Jateng, dulu, saat saya SMP–SMA, ada wedangan malam, punya krasikan dijepit juadah dan dibakar. Orang menyebutnya jadah gemblèk.

Apakah jadah tempe bacem hanya kegemaran wong Jawa? Dalam salah satu episode Obrolan Sukab, Seno Gumira Ajidarma menyebut sandwich jadah tempe bacem di warung Mpok Yati, tamatan S1, yang menitipkan warungnya kepada Siti Nurhalizah, langsoen loedes.

Kampung besar Betawi bernama Jakarta adalah kuali besar beraneka bahan dan bumbu, dan konsep kebetawian menjadi cair dalam larutan urban. Obrolan Sukab beratmosfer Betawi modern; dalam istilah anak sekarang: vibes-nya kerasa Jakarta kelas bawah nanggung, tokoh-tokohnya (sok) intelek naif sekaligus sinis dalam menanggapi isu aktual. Tuturan jagat mikro di warung tempat mangkal Sukab dan rombongannya mengingatkan kita pada gaya Firman Muntaco. Cobalah memaksa layanan AI gratisan menginggriskan dunia Sukab. Si akal imitasi ngaco, dan kita bingung.

Sastrawan Betawi Firmansyah bin Muntaco (1935–1993), yang pada awal 1970-an memublikasikan sketsa sosial Betawi modern di media Grup Selecta, adalah anak Betawi kelahiran Petojo. Seno kelahiran Boston, sampai masa remaja tumbuh di Yogyakarta, kemudian dia bermukim di the Greater Jakarta.

5 Comments

Junianto Kamis 27 November 2025 ~ 12.00 Reply

Kadang saya beli jadah goreng di angkringan/wedangan dekat rumah, atau ibu penjual sayuran di kampung-kelurahan sebelah. Beli terakhir tiga hari lalu, di ibu sayuran.

Jadah “biasa”, bukan jadah goreng,sudah lama tidak makan.

Pemilik Blog Kamis 27 November 2025 ~ 16.29 Reply

Jadah bakar juga enak to, Lik Jun?

Junianto Kamis 27 November 2025 ~ 20.59 Reply

Betooool. Ada dijual juga di banyak wedangan Solo, tapi sudah lama juga saya tidak makan. Sudah lama saya mengurangi penganan bakaran di wedangan, khususnya setelah kadar asam urat dan kolesterol jahat sering tinggi.🙈

mpokb Rabu 26 November 2025 ~ 12.26 Reply

Juadah itu di tempat saya disebut uli, kadang jadi teman makan tapai ketan hitam, Bang Paman. Uli goreng juga enaaak.
Juadah, wajit, krasikan, semoga abadi nan jaya 😁

Pemilik Blog Kamis 27 November 2025 ~ 16.36 Reply

Iya, di tempat saya di Kobek juga dibilang uli, Mbak Mpok.
Kapan Mbak terakhir makan wajik dan krasikan? 😉

Tinggalkan Balasan