Cuaca kemranyas, bisa bikin naik pitam maupun pitam panas

Mestinya air muncrat diperbanyak. Tapi kenapa anak-anak bisa tak hirau cuaca yang membakar?

▒ Lama baca 2 menit

Jakarta panas, anak-anak bermain air muncrat di Taman Puring - Kompas — Blogombal.com

Kompas hari ini (Kamis, 16/10/2025) melaporkan cuaca Jakarta kemarin yang panas, 37,6° C, dengan foto ilustrasi anak-anak mendinginkan badan di Taman Puring, Jaksel. Kapsi foto karya Fakhri Fadlurrohman menuturkan:

Anak-anak bermain air di Taman Puring, Jakarta, Rabu (15/10/2025) sore. Gerak semu matahari dan penguatan angin monsun Australia yang membawa massa udara kering membuat suhu udara di sebagian wilayah Indonesia meningkat belakangan ini.

Jakarta panas, anak-anak bermain air muncrat di Taman Puring - Kompas — Blogombal.com

Jakarta panas, anak-anak bermain air muncrat di Taman Puring - Kompas — Blogombal.com

Di halaman Galeri Foto Kompas.id (15/10/2025) ada sejumlah foto tentang anak-anak di Taman Puring, berjudul “Cara Warga Jakarta Hindari Cuaca Panas“.

Hal yang menarik bagi saya adalah air muncrat di pelataran taman. Mestinya fasilitas itu diperbanyak. Bagaimana agar tak memboroskan air tanah, ahli kolam renang maupun ahli kolam ikan hias lebih tahu.

Perbandingan suhu maksimum bulan Oktober - Kompas — Blogombal.com

Dulu seingat saya di plaza terbuka Wisma Anggana Danamon, Jaksel, sebelum menjadi Sampoerna Strategic Square, juga ada air muncrat ke atas. Tetapi tolong Anda koreksi jika saya salah ingat. Di depan Kantor Wali Kota Leverkusen, Jerman, saya pernah melihat air muncrat dimanfaatkan anak-anak saat musim panas. Anak-anak yang diantarkan ibunya itu berbekal handuk dan pakaian ganti.

Kiat menghadapi cuaca panas - Kompas — Blogombal.com

Lalu? Baiklah saya bicara hal lain. Saya, dan juga Anda, saat masih bocah pasti pernah tak memedulikan bakaran sinar mentari. Misalnya saat berjalan kaki maupun bersepeda sepulang sekolah karena dulu belum ada angkot. Kepanasan itu tak nyaman, tetapi bagi kita bukan derita tiada terperikan. Tabir surya tak kami kenal. Pitam panas (heatstroke) tak kami pahami.

Kiat menghadapi cuaca panas - Kompas — Blogombal.com

Bahkan saat mentari terik, anak-anak laki tetap berlarian, main petak umpet di sekolah, apalagi jika ada bekas bangunan, dan ego maskulin kami akan menyebut cowok yang memilih berteduh adalah bocah aleman. Padahal itu hak anak yang ogah kepanasan. Tetapi alam pikir bocah saat itu tak hirau bahwa daya tahan setiap anak berbeda. Anak dulu juga tak bisa memahami teman yang hidup dengan hemofilia, darah lukanya sulit membeku.

Saya ingat saat menjemput putri sulung saya dengan motor maupun mobil ketika dia masih SD. Kalau tak terlihat di tempat anak-anak menunggu jemputan berarti sedang bermain sepak bola. Misalnya aula tak dapat digunakan, anak-anak bersepak bola di lapangan. Baju seragam basah kuyup dan kotor, badan menjadi gosong. Namun mereka tetap tertawa-tawa dan riuh berteriak.

Saya teringat hal itu karena di halaman lain Kompas hari ini ada foto berita tunggal anak-anak SD bermain bola saat cuaca panas. Kapsi foto karya Priyombodo, yang bertajuk “Bermain Sepak Bola Saat Istirahat Sekolah”, menuturkan:

Siswa bermain sepak bola di halaman sekolah saat istirahat di SD Negeri Pasir Jaksa, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (15/10/2025). Kegiatan fisik di luar ruang menjadi sarana melepas suntuk di sela kegiatan belajar siswa.

Meskipun cuaca panas, anak Banten di sekolah tetap bermain bola - Kompas — Blogombal.com

Di Kompas.id, dalam Galeri Foto, ada sejumlah jepretan anak-anak bermain bola itu di bawah judul “Bermain Seusai Menikmati MBG di Banten“. Maka saya teringat masa sekolah: guru yang mengajar setelah jam olahraga akan merengut, menutup hidung, dan meminta pintu kelas dibuka karena tak tahan bau keringat murid sekelas. Kini hanya berapa sekolah yang punya pancuran mandi?

Begitulah, beda anak dan orang dewasa dalam menyikapi cuaca panas. Orang dewasa akan sungkan ikut berpesta air muncrat di taman padahal ingin. Di sisi lain, orang dewasa pasti malas untuk bermain bola tanpa baju olahraga saat siang panas seperti anak-anak SD tadi. Guru pria pun enggan, bahkan termasuk guru olahraga. Namun pada 1980-an, murid SD internasional dekat rumah saya di Salatiga, Jateng, berolahraga di alam terbuka, bahkan di alun-alun, menjelang siang yang panas.

Anak SD bermain bola saat cuaca panas - Kompas — Blogombal.com

Tiga hari ini kalau akan berangkat tidur saya mandi dulu, berganti pakaian, karena badan basah kuyup. Bahkan dalam sehari saya bisa mandi sampai empat kali karena terus berpeluh. Saya membayangkan untuk bayi di ruang pengap lembap, cuaca panas hari ini pasti menyiksa.

Kamarin siang pukul 13.21 di Jalan Pagelarang, Setu, Cipayung, Jaktim, saya melihat serombongan mahasiswi vokasional yang bermotor berhenti untuk berteduh di emperan kios yang tutup. Sekitar seperempat jam mereka berhenti, lalu meneruskan perjalanan.

Mahasiswa politeknik berteduh di Pagelarang, Setu, Cipayung, Jaktim, karena kepanasan — Blogombal.com

Tinggalkan Balasan