Apa boleh buat, jalan yang jarang maupun sering kita lewati ada saja yang membahayakan pejalan kaki. Got yang setelah ditutup akhirnya berfungsi sebagai trotoar sempit itu berlubang menganga. Kedua foto ini saya jepret di Jalan Pasar Kecapi, Pondokmelati, Kobek, Jabar, yang ramai.
Sekali lagi apa boleh buat, inilah potret kota-kota kita. Apakah Anda pernah mendengar janji calon kepala daerah dalam kampanye, tak akan membiarkan tutup got menganga? Kalau janji akan menegakkan aturan garis sempadan bangunan terhadap garis sempadan jalan itu mustahil diucapkan, bahkan misalnya akan diterapkan untuk bangunan baru, karena akan menggerus elektabilitas.
Sebagai orang beriman, warga tetap tabah dan berdoa akan memperoleh kepala daerah, dan juga anggota DPRD, yang waras dalam arti sadar dirinya digaji rakyat untuk melayani karena legislator harus mengawasi pemda. Bukankah cakada dan caleg suka menyebut iman, takwa, dan akhlak?
Di sisi lain, makin ke sini di ruas jalan tertentu pada hari terang di luar jam berangkat pulang kerja maupun sekolah jarang terlihat orang berjalan kaki. Di mana-mana orang naik sepeda motor dan mobil termasuk angkutan umum. Ada yang berubah dalam kehidupan kota kita pada siang hari, makin sedikit orang berjalan kaki kecuali di area pasar. Mungkin karena itu banyak yang tak mengadukan masalah jalan ke pemkot.

Jangankan di Kobek, karena di Jakpus pun sembilan tahun silam saya masih melihat tutup got yang sekaligus trotoar dibiarkan menganga.
Padahal saat itu Gubernur Ahok membuka pengaduan warga DKI via ponsel dan terbukti. Teman saya mengadukan lampu jalan mati di Jaksel, dalam dua hari beres. Lubang di Jalan Tanahabang yang saya foto itu mungkin tak ada yang mengadukan karena jarang pejalan kaki melintas di sana. Kalau malam sepi.
Abad lalu pun di jalan ramai ada yang ruas trotoarnya pagi hingga senja sepi pejalan kaki. Misalnya di seberang Kompleks Parlemen, Jalan Gatot Subroto, Jakpus. Pernah pada awal 1990-an dari dalam bus P6 Mayasari Bhakti menjelang sore, saat bus agak kencang karena lalu lintas lancar, saya melihat seorang pria sedang dirampok tiga begal di trotoar. Misalnya tutup got di sana dulu menganga mungkin juga tak ada peduli.
Baiklah itu masa lalu. Sekarang bagaimana setelah ada media sosial, misalnya X dan Instagram: apakah foto lubang menganga di kota Anda, dengan penanda Google Maps, yang menyentil akun kepala daerah maupun akun pemkot dan pemkab, atau akun layanan khusus, akan direken lalu mereka akan menindaklanjuti? Maksud saya untuk kasus di luar jalan protokol.
Saya sih pesimistis pada Indonesia 2045, saat Indonesia berulang tahun seabad, negeri ini akan sudah beranjak jauh. Siapa pun presidennya. Siapa pun kepala daerah di tempat tinggal Anda.
2 Comments
Aku nggak bisa bohong, lihat 2045 sudah sangat dekat, tapi permasalahan yang ada sekarang bikin rasanya mustahil bisa sampai ke era emas.
Begitulah. Terlalu banyak soal mendasar yang tak dibereskan. Memang dunia bukan surga, tak ada yang ideal, tetapi negeri lain mendahului kita dalam aneka hal.