Siang berawan, di pinggir jalan gadis kecil yang masih berpiama itu asyik memilih helai demi helai daun untuk dia petik. Saya mendekat, bertanya untuk apa, dia jawab, “Buat main pasar-pasaran.”
Saya heran, hari gini masih ada anak-anak perempuan bermain pasaran — demikian orang Jawa menyebutnya. Tetapi dengan siapa dia akan bermain? Saya kurang tahu. Setahu saya bermain pasaran itu bersifat sosial, harus bersama anak lain. Tetapi tengah hari itu saya tak melihat anak-anak sebaya dia. Saya lihat dua anak cowok tetapi biasanya bocah laki tak suka pasaran, lebih suka mengganggu kalau kenakalannya kumat.
Memang, kini bermain dapur-dapuran atau kedai-kedaian menjual masih ada. Boneka Barbie dan lainnya menyediakan itu. Ada juga rumah-rumahan, menata interior dan furnitur.
Sebelum ada gawai berupa ponsel dan tablet, mainan macam itu ada dalam cakram untuk dipasang di komputer. Lebih interaktif, bisa dimainkan sendirian. Misalnya mengelola kedai burger berikut layanannya untuk pengudap.
Anak perempuan, berbelanja sayur, menjual hasil olahan, dalam alam zaman dahulu mungkin permainan macam itu, termasuk memanfaatkan parasit tali putri (Cassytha filiformis) yang mirip mi, mengukuhkan pembagian kerja secara seksual.
Sekaku itukah? Perjalanan waktu mulai mengoreksi sejumlah urusan domestik adalah pekerjaan perempuan. Penjual warung makan banyak bapak-bapak, dan penjual sayur keliling banyak abang-abang, dan kini banyak cowok ingin jadi chef, setidaknya untuk penghuni rumahnya sendiri dan kawan yang diundang.
Eh, ralat: bukannya sejak dulu banyak pria menjual makanan yang dia masak, dari soto sampai santai? Lho itu profesi, bukan pekerjaan domestik, begitu mungkin kata Anda.
2 Comments
Tentang pasaran, saya sering menjelaskan ke kawan-kawan saya, dahoeloe istri saya memulai usahanya sendirian, seperti orang pasaran (warung makan yang sangat kecil : kulak ke pasar sendiri, meracik/memasak sendiri, isah-isah sendiri, dan seterusnya).
Bersyukur, seiring berjalannya waktu, sekarang — setelah berselang sekitar 40 tahun — dia tidak lagi sendirian tapi tiap hari dibantu rata-rata 14 orang karyawan….
Hidup Mbak Lies!
Mbak Bos memang hebat 👏👍💐