Sudah dua hari ini Kompas melaporkan bisnis kemenyan. Saya langsung teringat aroma kemenyan bakar yang magis dan bikin pusing. Entah kenapa bau ini sejak ribuan tahun lalu disukai di Timur. Nyatanya pada 2021, eksportir di Sumut beroleh nilai transaksi Rp7 triliun dari kemenyan (Kompas, 22/9/2025).

Karena liputan kemenyan, saya pun teringat rokok klembak menyan di daerah Kedu dan Banyumas, Jateng. Dahulu kala saat naik sepeda motor atau sepeda melewati sawah dan ladang kadang tercium bau asap rokok yang aneh dari petani dan orang lokal.
Dari jarak sepuluh meter, ketika penciuman saya masih normal, aroma klembak menyan sudah terhidu. Waktu masih mahasiswa saya pernah mencoba lalu pening dan mual. Malam hari, pulang ke rumah induk semang di desa, Kutoarjo, Purworejo, harus dipapah Pak Lurah.
Sigaret kelembak menyan, dari akar Rheum officinale dan getah Styrax sumatrana (ada juga spesies lain) untuk campuran tembakau, identik dengan rokok perdesaan dan orang tua masa lalu. Yang terkenal misalnya Sintren, buatan Gombong, Jateng. Ada juga Djolali, bikinan Muntilan, Magelang.
Tetapi Philip Morris International (PMI), yang memiliki PT H.M. Sampoerna, pada awal Covid-19 pernah membuat rokok kelembak menyan, dengan kode KLM. Padahal aroma rokoknya tanpa dua unsur itu, tetap beraroma keras nyegrak garing American blend dari campuran tembakau Turki dan Virginia.
Kenapa PMI bikin Marlboro KLM? Untuk menyiasati cukai karena cukai KLM paling murah, di atas cukai tembakau tingwé dalam kemasan. Cukai murah bisa membuat harga Marlboro Crafted, yang merah maupun biru, lebih murah. Namun dalam setahun pemerintah mencium trik itu sehingga status rokok itu kini berstatus SPT (sigaret putih tangan). Cukainya lebih mahal namun tetap lebih murah daripada SPM (sigaret putih mesin) dan SKM (sigaret kretek mesin).
¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan, dan tak mewakili kubu anti maupun pro-tembakau
Dulu, seingat Roki, Marlboro Crafted bareng Marlboro Aromatic pertama keluar pita cukainya berkategori KLM alias Klembak Menyan. Tapi kemarin setelah ngecek pita cukainya ternyata berubah jadi SPT. Udah sadar kali, ya.🤣 pic.twitter.com/wRPv3Lxvr2
— Rokok Indonesia (@rokok_indonesia) April 16, 2023
6 Comments
Waktu kecil saya “akrab” dengan kemenyan karena beberapa kali dibawa ke dukun =))
Pulangnya diberi sebongkah kecil kemenyan, disuruh rendam di air segelas kemudian airnya saya minum. Disuruh melakukan berkali-kali sampai “sembuh”.
Rasa airnya tidak berubah, ketambah sedikit aroma kemenyan.
Wah ajaib juga pengalaman Mas Sandalian. 👏👍
Tetangga sebelah kadang-kadang membakar hio. Memang bukan kemenyan, tapi saya menganggap fungsinya mirip. Mungkin supaya mendatangkan energi baik, ehe..
Iya. Dupa, hio, dan sejenisnya, lebih enak baunya daripada obat nyamuk bakar apalagi menyan 😇
Terakhir mencium bau kemenyan sekitar awal tahun 2000, ya dari rokok klembak menyan eyang putri (ibunya bapak) di purwokerto. Eyang sering menaruh rokoknya di lubang angin di atas pintu, entah kenapa. Saya ya kok gak nanya juga.
Wah kayak simbah putri saya, tapi simbah saya nggak merokok klembak menyan, melainkan tingwé tembakau ampenan yang pahit nggak enak itu