Siang kemarin karena ramai terdengar orang berbica maka saya pun keluar. Ternyata ada empat pria menunggui tangga yang sedang dipanjat seseorang. Saya langsung menebak pasti mereka sedang memasang kabel internet. Lalu saya menanya dari ISP apa, salah seorang menyebutkan sebuah jenama, dengan tambahan, “Udah minta izin Pak RT, Pak.”
Ada satu tiga tiang di seberang rumah saya, yaitu milik PLN, Telkom, dan sebuah ISP. Pemasang kabel serat optik yang datang belakangan tinggal memanfaatkan tiang yang tersedia.
Yang menjadi masalah, pemasangan kabel belum tentu rapi. Tempo hari kabel ISP ke rumah saya yang melandai ke bawah. Saya menelepon ke ISP hanya disanggupi tanpa bukti. Akhirnya petugas truk sampah yang berdiri di atas muatan untuk menaikkan kabel itu agar truk tak terhalang. Terima kasih.
Pernah kabel ISP ke rumah saya diputuskan saat petugas memotong kabel tetangga sebelah yang berhenti berlangganan. Seperti biasa, perusahaan mengumpankan petugas layanan pelanggan untuk dicaci pengadu. Mungkin kesabaran menentukan karier.
Centang perenang kabel di jalan adalah cerminan penerintah kota dalam menata wilayah dan menjamin keselamatan warga. Dalam kampanye pilkada di mana pun tak pernah ada janji akan merapikan proyek galian dan kabel. Malah ada kandidat yang lebih doyan bicara akhlak, iman, dan takwa. Tetapi kota tetap kotor dan semrawut, dan korupsi tetap berlangsung.
2 Comments
Dahulu saya bercita-cita tinggal di perumahan yang kabel-kabelnya dibenamkan dalam gorong-gorong. Ternyata harga rumahnya terlalu mahal buat kantong saya.
Nah itu dia. Saya juga begitu. Nasib 🫢🫣